teknik navigasi yang dilakukan dengan mengamati posisi benda langit
Navigasi Celestial
Pengantar Navigasi Celestial
Definisi dan Sejarah Navigasi celestial
Definisi Navigasi celestial
Navigasi celestial adalah teknik navigasi yang dilakukan dengan mengamati posisi benda langit seperti matahari, bulan, planet, dan bintang-bintang untuk menentukan posisi kapal atau pesawat terbang. Teknik ini memungkinkan navigator untuk menentukan posisi fisik mereka yang sebenarnya saat ini di ruang angkasa atau di permukaan bumi tanpa hanya mengandalkan perhitungan posisi perkiraan. Navigasi celestial dilakukan tanpa menggunakan navigasi satelit atau alat penentuan posisi elektronik atau digital modern lainnya. Teknik navigasi ini menggunakan “sight” atau pengukuran sudut waktu yang diambil antara benda langit (misalnya, matahari, bulan, planet, atau bintang) dan cakrawala yang terlihat. Navigasi celestial juga dapat memanfaatkan pengukuran antara benda langit tanpa referensi ke cakrawala bumi, seperti ketika bulan dan benda lainnya dipilih dalam praktik yang disebut “lunars” atau metode jarak bulan, yang digunakan untuk menentukan waktu yang tepat ketika waktu tidak diketahui. Navigasi celestial dengan mengambil pengamatan tentang matahari dan cakrawala saat berada di permukaan bumi umumnya digunakan, menyediakan berbagai metode untuk menentukan posisi, salah satunya adalah metode navigasi “noon sight” - yaitu pengamatan tunggal tentang ketinggian matahari yang tepat dan waktu yang tepat dari ketinggian tersebut (dikenal sebagai “siang lokal”) - titik tertinggi matahari di atas cakrawala dari posisi pengamat dalam satu hari. Pengamatan sudut ini, dikombinasikan dengan mengetahui waktu yang tepat, merujuk pada meridian primer, secara langsung memberikan perbaikan lintang dan bujur pada waktu dan tempat pengamatan dengan pengurangan matematika yang sederhana. Bulan, planet, Polaris, atau salah satu dari 57 bintang navigasi lainnya yang koordinatnya dicatat dalam salah satu almanak laut atau udara yang diterbitkan juga dapat mencapai tujuan yang sama. Navigasi celestial mencapai tujuannya dengan menggunakan pengukuran sudut (sight) antara benda langit dan cakrawala yang terlihat untuk menentukan posisi pengamat di Bumi, baik di darat, di udara, atau di laut. Selain itu, pengamatan antara bintang dan benda langit lainnya mencapai hasil yang sama saat berada di ruang angkasa, digunakan dalam program antariksa Apollo dan masih digunakan pada banyak satelit kontemporer. Demikian pula, navigasi celestial dapat digunakan saat berada di benda planet lain untuk menentukan posisi di permukaannya, menggunakan cakrawala lokal mereka dan benda langit yang sesuai dengan tabel pengurangan yang cocok dan pengetahuan tentang waktu lokal. Untuk navigasi dengan cara langit, ketika berada di permukaan bumi pada saat tertentu, benda langit berada langsung di atas satu titik di permukaan bumi. Garis lintang dan bujur titik tersebut dikenal sebagai posisi geografis (GP) benda langit, lokasi yang dapat ditentukan dari tabel dalam almanak laut atau udara untuk tahun tersebut.
Sejarah Navigasi celestial
Navigasi celestial telah digunakan sejak zaman kuno. Bangsa Mesir kuno, Yunani kuno, dan Cina kuno semuanya menggunakan navigasi celestial untuk berlayar di laut. Sejarah navigasi celestial dapat ditelusuri , ketika manusia sudah mengenal keberadaan sistem navigasi dengan menggunakan pedoman benda-benda angkasa alamiah, yaitu bulan, bintang dan matahari. Masyarakat dahulu tidak hanya mempelajari langit untuk kepentingan navigasi, tetapi juga untuk kepentingan pertanian, untuk mengetahui waktu, dan juga kepentingan yang berkaitan dengan agama dan sistem kepercayaan yang mereka anut. Salah satu alat astronomi yang menggunakan dasar perhitungan matahari atau bintang adalah astrolabe, yang dikenal sejak jaman 150 BC (Hipparcbos). Astrolabe digunakan untuk menentukan waktu dengan cara mengukur sudut kemiringan matahari atau bintang. Gambar 2.1 di sini menunjukkan contoh astrolabe.
Metode lain yang digunakan dalam navigasi kuno adalah jam matahari, yang menggunakan garis arah matahari pada garis horizontal bumi dan kemiringan vertikal matahari1. Dalam praktiknya, untuk menentukan garis arah matahari dibutuhkan sebuah Kompas, sedangkan untuk menentukan kemiringan vertikal matahari, Kompas tersebut tidak diperlukan. Selain matahari, bulan dan bintang, manusia juga menggunakan arah angin sebagai alat bantu navigasi, sebelum alat-alat navigasi modern ditemukan. Umumnya arah angin digunakan oleh para penjelajah dan juga oleh para pelaut jaman dahulu1.
Sistem navigasi celestial berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem navigasi yang awalnya hanya menggunakan benda-benda angkasa yang dimiliki bumi, kemudian berkembang menjadi sistem navigasi yang dipadukan dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia1. Salah satu alat navigasi yang berkembang berdasarkan ilmu pengetahuan manusia adalah Kompas, yang merupakan penemuan masyarakat Cina. Kompas menggunakan prinsip magnetisme bumi untuk menunjukkan arah utara-selatan. Kompas sangat membantu para navigator untuk menentukan arah pelayaran mereka, terutama di laut.
Pada abad pertengahan, navigasi celestial menjadi lebih penting seiring dengan perkembangan perdagangan laut. Pelaut-pelaut Eropa mulai berlayar ke tempat-tempat yang lebih jauh, dan mereka membutuhkan cara yang lebih akurat untuk menentukan posisi mereka.
Pada abad ke-16, astronom Nicolaus Copernicus mengembangkan teori heliosentris, yang menyatakan bahwa Bumi mengelilingi Matahari. Teori ini memiliki dampak besar pada navigasi celestial, karena memungkinkan navigator untuk menghitung posisi benda-benda langit dengan lebih akurat.
Pada abad ke-18, John Harrison mengembangkan Chronometer Harrison, yang merupakan jam yang sangat akurat. Chronometer Harrison memungkinkan navigator untuk menghitung posisi mereka sendiri dengan lebih akurat, bahkan di laut yang bergelombang.
Pada abad ke-20, teknologi navigasi modern seperti GPS telah menjadi lebih umum. Namun, navigasi celestial masih digunakan dalam situasi di mana GPS tidak tersedia atau tidak dapat diandalkan.
Sistem navigasi celestial modern juga menggunakan alat-alat yang lebih canggih, seperti Sextant, chronometer, almanak laut atau udara, dan kalkulator. Sextant adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut antara benda langit dan cakrawala. Chronometer adalah jam yang sangat akurat yang digunakan untuk menentukan waktu Greenwich. Almanak laut atau udara adalah buku yang berisi data posisi benda langit untuk setiap hari dalam setahun. Kalkulator adalah alat yang digunakan untuk melakukan perhitungan matematika yang diperlukan untuk menentukan posisi dari pengamatan benda langit.
Sistem navigasi celestial juga dapat digunakan di ruang angkasa, seperti yang dilakukan oleh program antariksa Apollo dan beberapa satelit kontemporer. Demikian pula, sistem navigasi celestial dapat digunakan di benda planet lain untuk menentukan posisi di permukaannya, menggunakan cakrawala lokal mereka dan benda langit yang sesuai dengan tabel pengurangan yang cocok dan pengetahuan tentang waktu lokal.
Kegunaan dan Pentingnya Navigasi Celestial di Era Modern
Kegunaan Navigasi Celestial di Era Modern
Navigasi celestial masih digunakan di era modern, meskipun teknologi navigasi modern seperti GPS telah menjadi lebih umum. Navigasi celestial masih digunakan dalam situasi di mana GPS tidak tersedia atau tidak dapat diandalkan, seperti di daerah terpencil atau di bawah kondisi cuaca buruk.
Berikut adalah beberapa kegunaan navigasi celestial di era modern:
Navigasi di daerah terpencil: Di daerah terpencil, GPS mungkin tidak tersedia atau tidak dapat diandalkan. Dalam situasi ini, navigasi celestial dapat digunakan untuk menentukan posisi dan arah.
Navigasi di bawah kondisi cuaca buruk: Di bawah kondisi cuaca buruk, GPS mungkin tidak dapat berfungsi dengan baik. Dalam situasi ini, navigasi celestial dapat digunakan untuk menentukan posisi dan arah.
Navigasi militer: Navigasi celestial digunakan dalam aplikasi militer, seperti navigasi kapal selam dan pesawat tempur. Dalam situasi ini, navigasi celestial dapat digunakan untuk memastikan keamanan dan keberhasilan misi.
Pentingnya Navigasi Celestial di Era Modern
Navigasi celestial adalah alat yang penting yang dapat digunakan untuk menentukan posisi dan arah. Navigasi celestial masih digunakan di era modern, meskipun teknologi navigasi modern seperti GPS telah menjadi lebih umum. Navigasi celestial penting dalam situasi di mana GPS tidak tersedia atau tidak dapat diandalkan.
Berikut adalah beberapa alasan pentingnya navigasi celestial di era modern:
Fleksibilitas: Navigasi celestial adalah alat yang fleksibel yang dapat digunakan dalam berbagai situasi. Navigasi celestial dapat digunakan di daerah terpencil, di bawah kondisi cuaca buruk, dan dalam aplikasi militer.
Keandalan: Navigasi celestial adalah alat yang andal yang dapat digunakan untuk menentukan posisi dengan akurasi yang tinggi. Navigasi celestial tidak tergantung pada teknologi yang dapat gagal, seperti GPS.
Keterjangkauan: Navigasi celestial adalah alat yang terjangkau yang dapat digunakan oleh siapa saja. Tidak diperlukan peralatan yang mahal untuk menggunakan navigasi celestial.
Navigasi celestial memiliki kegunaan dan pentingnya di era modern, meskipun sudah ada teknologi navigasi yang lebih canggih dan akurat. Beberapa pion yang lain adalah mengapa navigasi celestial masih relevan dan bermanfaat di era modern:
Navigasi celestial dapat menjadi alternatif atau cadangan jika sistem navigasi modern mengalami gangguan, kerusakan, atau serangan siber. Misalnya, jika sinyal GPS hilang atau terdistorsi, navigasi celestial dapat membantu menentukan posisi dengan menggunakan benda langit.
Navigasi celestial dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para navigator tentang astronomi, geografi, dan matematika. Dengan mempelajari navigasi celestial, para navigator dapat memahami hubungan antara bumi dan benda langit, serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis.
Navigasi celestial dapat menjaga dan melestarikan warisan budaya dan sejarah maritim yang telah ada sejak zaman kuno. Navigasi celestial merupakan seni dan ilmu yang diwariskan oleh nenek moyang kita, yang telah menjelajahi dunia dengan menggunakan bintang, matahari, dan bulan sebagai pemandu mereka.
Navigasi celestial dapat memberikan tantangan dan kesenangan bagi para navigator yang ingin mencoba metode navigasi yang berbeda dan menarik. Navigasi celestial membutuhkan keterampilan dan peralatan khusus, seperti Sextant, chronometer, almanak, dan kalkulator, yang dapat memberikan pengalaman navigasi yang unik dan menyenangkan.
Oleh karena itu, navigasi celestial masih memiliki kegunaan dan pentingnya di era modern, baik sebagai alat bantu navigasi, sebagai sarana pembelajaran, sebagai warisan budaya, maupun sebagai hobi dan kesenangan. Navigasi celestial merupakan salah satu bentuk kearifan kuno yang masih dapat diterapkan di era modern.
Prinsip dasar navigasi celestial
Prinsip dasar navigasi celestial adalah sebagai berikut:
Melacak pergerakan benda-benda langit. Navigator menggunakan Kompas bintang untuk melacak pergerakan benda-benda langit, seperti bintang dan planet.
Menghitung posisi benda-benda langit. Navigator menggunakan tabel dan rumus untuk menghitung posisi benda-benda langit pada waktu tertentu.
Menggunakan posisi benda-benda langit untuk menentukan posisi diri sendiri. Navigator menggunakan posisi benda-benda langit untuk menentukan posisi mereka sendiri dengan menggunakan prinsip trilaterasi.
Melacak Pergerakan Benda-benda Langit
Langkah pertama dalam navigasi celestial adalah melacak pergerakan benda-benda langit. Navigator menggunakan Kompas bintang untuk melakukan ini. Kompas bintang adalah alat yang digunakan untuk menentukan arah ke bintang-bintang.
Untuk menggunakan Kompas bintang, navigator perlu menentukan arah ke bintang-bintang yang terkenal, seperti Polaris, bintang utara. Navigator kemudian dapat menggunakan Kompas bintang untuk melacak pergerakan bintang-bintang ini dari waktu ke waktu.
Menghitung Posisi Benda-benda Langit
Setelah navigator telah melacak pergerakan benda-benda langit, mereka perlu menghitung posisi benda-benda langit tersebut. Navigator menggunakan tabel dan rumus untuk melakukan ini. Tabel dan rumus ini didasarkan pada teori astronomi yang menjelaskan pergerakan benda-benda langit. Dengan menggunakan tabel dan rumus ini, navigator dapat menghitung posisi benda-benda langit pada waktu tertentu.
Prinsip dasar navigasi celestial adalah menggunakan pengukuran sudut antara benda langit dan cakrawala yang terlihat untuk menentukan posisi di permukaan bumi atau di ruang angkasa. Untuk melakukan pengukuran sudut, diperlukan alat yang disebut Sextant, yang merupakan alat optik yang dapat memantulkan sinar cahaya dari dua cermin berturut-turut dan menunjukkan sudut antara arah pertama dan terakhir sinar. Selain Sextant, diperlukan juga alat yang dapat menunjukkan waktu yang tepat, seperti chronometer, yang merupakan jam yang sangat akurat yang digunakan untuk menentukan waktu Greenwich. Waktu Greenwich adalah waktu yang digunakan sebagai acuan untuk semua zona waktu di dunia, yang berdasarkan pada posisi matahari di atas meridian primer. Meridian primer adalah garis bujur yang melalui Greenwich, Inggris, yang merupakan titik nol bujur.
Selain alat-alat tersebut, diperlukan juga buku yang berisi data posisi benda langit untuk setiap hari dalam setahun, yang disebut almanak laut atau udara. Almanak ini berisi koordinat langit dari benda langit, yaitu asensio rekta dan deklinasi. Asensio rekta adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari titik Aries, yaitu titik perpotongan antara khatulistiwa langit dan ekliptik, hingga meridian benda langit. Deklinasi adalah sudut yang diukur dari khatulistiwa langit hingga benda langit, dengan tanda positif jika berada di belahan utara dan negatif jika berada di belahan selatan. Khatulistiwa langit adalah lingkaran khayal yang berpusat di Bumi dan sejajar dengan khatulistiwa Bumi. Ekliptik adalah lingkaran khayal yang berpusat di Bumi dan menunjukkan lintasan matahari sepanjang tahun.
Dengan menggunakan alat-alat dan data-data tersebut, navigator dapat menentukan posisi geografis (GP) dari benda langit, yaitu titik di permukaan bumi yang berada tepat di bawah benda langit tersebut1. Dari posisi geografis, navigator dapat menentukan posisi astronomis (AP) dari pengamat, yaitu titik di permukaan bumi yang berada tepat di bawah pengamat tersebut1. Untuk menentukan posisi astronomis, navigator harus menghitung sudut zenit (Z), yaitu sudut antara garis yang menghubungkan pengamat dan pusat bumi dengan garis yang menghubungkan pengamat dan benda langit1. Sudut zenit dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Di mana L adalah lintang pengamat, d adalah deklinasi benda langit, dan t adalah perbedaan antara asensio rekta benda langit dan asensio rekta pengamat1. Dari sudut zenit, navigator dapat menentukan jarak antara posisi geografis dan posisi astronomis, yang disebut jarak zenit (p), dengan menggunakan rumus berikut:
Dari jarak zenit, navigator dapat menentukan arah dari posisi geografis ke posisi astronomis, yang disebut azimuth (A), dengan menggunakan rumus berikut:
Menggunakan Posisi Benda-benda Langit untuk Menentukan Posisi Diri Sendiri
Setelah navigator telah menghitung posisi benda-benda langit, mereka dapat menggunakan posisi benda-benda langit tersebut untuk menentukan posisi mereka sendiri.
Dengan mengetahui jarak dan arah dari posisi geografis ke posisi astronomis, navigator dapat menentukan posisi astronomis dengan menggunakan metode trigonometri sferis. Posisi astronomis ini kemudian dapat dikoreksi dengan beberapa faktor, seperti refraksi, paralaks, dan deviasi, untuk mendapatkan posisi sebenarnya, yang disebut posisi tereduksi (RP). Posisi tereduksi ini merupakan hasil akhir dari navigasi celestial, yang menunjukkan lintang dan bujur pengamat di permukaan bumi atau di ruang angkasa.
Dalam navigasi celestial, navigator menggunakan posisi benda-benda langit sebagai titik-titik yang diketahui. Dengan mengukur jarak dari kapal ke benda-benda langit ini, navigator dapat menentukan posisi kapal.
Contoh Navigasi Celestial
Berikut adalah contoh navigasi celestial:
Seorang navigator menggunakan Kompas bintang untuk melacak pergerakan bintang Polaris.
Navigator menggunakan tabel dan rumus untuk menghitung posisi Polaris pada waktu tertentu.
Navigator menggunakan posisi Polaris untuk menentukan bahwa mereka berada di 40 derajat Lintang Utara.
Navigasi celestial adalah disiplin navigasi yang kompleks dan membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang luas. Namun, itu adalah alat yang berharga yang dapat digunakan untuk menentukan posisi dan arah suatu objek.
Alat Navigasi Celestial
Alat navigasi celestial adalah alat yang digunakan untuk melakukan navigasi dengan menggunakan benda langit sebagai acuan. Berikut adalah beberapa alat navigasi celestial yang umum digunakan:
Kompas bintang (Astrolab)
Kompas bintang, atau yang lebih dikenal sebagai astrolab, adalah sebuah alat navigasi kuno yang digunakan untuk menentukan posisi dan waktu berdasarkan pengamatan bintang, matahari, dan planet. Kompas bintang (Astrolab) biasanya terdiri dari sebuah cakram yang berisi gambar rasi bintang yang dapat diputar sesuai dengan tanggal dan waktu pengamatan. Kompas bintang (Astrolab) juga dilengkapi dengan sebuah lubang atau jendela yang dapat digunakan untuk mengarahkan pandangan ke bintang tertentu.
Alat ini memiliki sejarah yang panjang dan telah digunakan oleh berbagai peradaban, seperti Yunani, Arab, dan Eropa pada abad pertengahan. Kompas bintang (Astrolab)adalah alat penting dalam navigasi bintang, telah digunakan selama berabad-abad untuk membantu pelaut menentukan posisi geografis mereka dengan mengukur ketinggian benda-benda langit. Ini berfungsi seperti komputer analog awal, tidak hanya sebagai alat navigasi tetapi juga untuk keperluan lain seperti mengetahui waktu dan astrologi. Kompas bintang (Astrolab) terdiri dari beberapa komponen: mater, piringan, rete, aturan, dan alidade. Mater adalah dasar berbentuk cakram dengan skala untuk mengukur waktu dan derajat. Piringan di dalam mater memiliki garis lintang bumi, dengan piringan berbeda untuk lintang yang berbeda. Rete, fitur melingkar di atas piringan, menunjukkan lokasi bintang terkenal di langit dan digunakan bersama alidade untuk memprediksi gerakan harian objek langit.
Salah satu fungsi utama Kompas bintang (Astrolab) adalah untuk menentukan waktu setempat. Hal ini dilakukan dengan mengukur ketinggian bintang atau planet tertentu di langit dan kemudian membandingkannya dengan tabel atau informasi yang sudah diketahui. Selain itu, Kompas bintang (Astrolab) juga memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu astronomi dan navigasi. Alat ini memungkinkan para astronom dan pelaut kuno untuk membuat pengukuran yang lebih akurat, yang berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang sistem tata surya dan teknik navigasi.
Kompas bintang dapat membantu navigator untuk mengetahui arah utara, selatan, timur, dan barat dengan mengenali bintang-bintang yang berada di sekitar kutub langit. Kutub langit adalah titik di langit yang berada di atas kutub bumi, yang tidak berubah posisinya sepanjang tahun. Di belahan bumi utara, kutub langit utara ditandai oleh bintang Polaris, yang merupakan bagian dari rasi bintang Ursa Minor. Di belahan bumi selatan, kutub langit selatan ditandai oleh bintang Sigma Octantis, yang merupakan bagian dari rasi bintang Octans.Untuk menggunakan Kompas bintang, navigator harus menyesuaikan cakram Kompas dengan tanggal dan waktu pengamatan, lalu mengarahkan lubang atau jendela Kompas ke bintang Polaris atau Sigma Octantis, tergantung pada belahan bumi yang berada. Kemudian, navigator dapat membaca arah yang ditunjukkan oleh Kompas bintang, yang biasanya terdapat pada tepi cakram. Kompas bintang dapat memberikan arah yang cukup akurat, asalkan bintang yang digunakan sebagai acuan tidak terhalang oleh awan, kabut, atau polusi cahaya.
Dalam navigasi praktis, fungsi utama astrolabe adalah mengukur ketinggian bintang, yaitu 'tinggi' relatif bintang, bulan, atau planet dari cakrawala. Pelaut menggunakan astrolabe untuk mengukur sudut antara matahari dan cakrawala siang hari, biasanya menggunakan Polaris (Bintang Utara) pada malam hari. Untuk mendapatkan pembacaan yang akurat, navigator harus memastikan bahwa astrolabe tegak lurus dengan laut. Alidade, dilengkapi dengan dua lubang kecil, digunakan untuk mengamati matahari atau bintang. Dengan menyelaraskan alidade agar cahaya matahari atau bintang melewati kedua lubang, navigator dapat membaca sudut dari skala di cakram luar astrolabe. Sudut ini, saat dibandingkan dengan peta bintang dan tabel, digunakan untuk menentukan lintang kapal. Meskipun astrolabe tidak dapat mengukur bujur, mengetahui lintang memungkinkan pelaut untuk menavigasi secara efektif dengan berlayar ke timur atau barat sepanjang lintang yang diukur.
Kompas bintang (Astrolab) yang berasal dari Yunani kuno, banyak digunakan dari Abad Pertengahan di Eropa dan dunia Islam. Pada pertengahan abad ke-15, pelaut telah mengadopsi mereka untuk navigasi bintang, dan mereka tetap menjadi instrumen pilihan selama lebih dari 200 tahun. Pelaut seperti Columbus dan Magellan sangat bergantung pada astrolabe selama pelayaran samudra mereka.
Kompas bintang merupakan salah satu alat navigasi celestial yang sederhana dan praktis, yang dapat digunakan sebagai alternatif atau cadangan jika sistem navigasi modern mengalami gangguan atau kerusakan. Kompas bintang juga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para navigator tentang astronomi dan geografi. Dalam penggunaannya, Kompas bintang memerlukan pengetahuan dan keahlian tertentu, khususnya dalam hal menginterpretasikan skala dan menghitung posisi berdasarkan pengukuran yang dilakukan. Alat ini secara bertahap digantikan oleh instrumen navigasi yang lebih modern, seperti Sextant dan GPS, namun tetap menjadi objek penting dalam sejarah navigasi dan astronomi. Meskipun bermanfaat, astrolabe memiliki keterbatasan. Mereka sulit digunakan secara akurat di laut karena tantangan menjaga mereka tetap stabil di kapal yang bergerak, terutama dalam angin kencang. Kondisi ini dapat menyebabkan kesalahan dalam pengukuran, berpotensi menyebabkan ketidakakuratan navigasi.
Sextant
Sextant adalah alat penting dalam navigasi celestial yang digunakan untuk mengukur sudut antara horizon dan benda langit seperti matahari, bulan, atau bintang. Alat ini terdiri dari busur lingkaran yang ditandai dalam derajat, dan lengan radial yang dapat dipindahkan, dipivot yang dapat bergerak di sekitar pusat lingkaran. Teleskop yang terpasang pada bingkai alat atau kerangka diarahkan ke horizon untuk melihat cakrawala, dan lengan radial, di mana cermin dipasang, digerakkan sampai bintang terpantul ke cermin semi-tercermin atau (cermin setengah perak dipasang pada jalur teropong, yang digunakan untuk menggabungkan gambar benda langit dan cakrawala) yang sejajar dengan jalur teleskop dan tampak, melalui teleskop, bertepatan dengan horizon. Jarak sudut bintang di atas horizon kemudian dibaca dari busur bertanda sextant. Dari sudut ini dan waktu yang tepat sebagaimana tercatat oleh kronometer, lintang dapat ditentukan (dalam beberapa ratus meter) dengan menggunakan tabel yang diterbitkan.
Cara Kerja Sextant
Sextant bekerja berdasarkan Prinsip Refleksi Ganda: ketika sinar cahaya dipantulkan dari dua cermin secara berturut-turut, sudut antara sinar insiden dan sinar yang dipantulkan adalah dua kali lipat dari sudut antara cermin. Sextant memiliki 3 bagian yaitu dua cermin reflektif dan satu teleskop untuk membidik kedua objek yang ingin diukur sudutnya. Dua cermin utama pada sextant adalah cermin indeks dan cermin horizon.
Cermin indeks atau Cermin tetap adalah satu cermin tetap tegak lurus dengan skala busur pada badan Sextant. cermin yang sepenuhnya reflektif yang digunakan untuk memantulkan gambar benda yang diukur ke cermin horizon.
Cermin horizon atau Cermin bergerak adalah cermin yang dapat diputar pada skala busur, mengubah sudut pantulan cahaya yang diterima dari objek kedua. Cermin sebagian yang memungkinkan pengguna menumpangkan gambar yang dipantulkan dari cermin indeks, dengan horizon yang terlihat langsung di depan.
Teleskop berfungsi untuk mengintip dan membidik objek kedua agar sejajar dengan bagian horizon yang terlihat melalui cermin refleks. digunakan untuk melihat benda yang diukur oleh Sextant. Lengan indeks adalah bagian Sextant yang dapat bergerak, digunakan untuk menyalakan cermin indeks. Busur adalah bagian melengkung dari bingkai Sextant yang bertanda dengan angka untuk membaca defleksi cermin indeks. Mikrometer dipasang di ujung lengan indeks dan digunakan untuk mengambil pengukuran yang tepat dari ketinggian benda yang diamati.
Untuk melakukan pengukuran, navigator melihat horizon melalui cermin tetap dan objek langit melalui teleskop. Dengan menyesuaikan sudut lengan radial, pengguna dapat membuat gambar benda langit dan cakrawala sejajar, dan membaca sudut yang ditunjukkan oleh skala pada busur lingkaran. Sudut ini, dan waktu pengukuran yang ditunjukkan oleh sebuah kronometer, dapat digunakan untuk menghitung lintang dan bujur di permukaan bumi atau di ruang angkasa dengan menggunakan tabel-tabel yang diterbitkan. Sextant dapat digunakan untuk mengukur matahari, bulan, planet, bintang, atau benda langit lainnya.
Penggunaan Sextant
Untuk menggunakan Sextant dalam navigasi bintang, proses dasarnya melibatkan mengambil pandangan, atau mengukur sudut antara benda langit dan horizon, kemudian menggunakan pengukuran tersebut untuk menghitung posisi Anda di Bumi. Langkah pertama adalah memilih benda langit untuk diukur. Langkah kedua adalah menyesuaikan Sextant untuk memastikan pengukuran yang akurat. Langkah ketiga adalah memegang Sextant dengan benar. Setelah Sextant disesuaikan dengan benar dan Anda memegangnya dengan benar, Anda siap mengambil pandangan. Ikuti langkah-langkah ini untuk mengukur sudut antara benda langit dan horizon. Setelah Anda mengambil pandangan dan merekam sudut dan waktu, Anda dapat menggunakan informasi ini untuk menghitung posisi Anda di Bumi. Proses ini melibatkan penggunaan almanak nautika dan tabel pengurangan pandangan, yang menyediakan data yang diperlukan untuk perhitungan navigasi bintang.
Menentukan Lintang: Dengan mengukur sudut antara horizon dan matahari pada siang hari, navigartor dapat menghitung lintangnya (jarak utara atau selatan dari khatulistiwa).
Menentukan Longitude: Pengukuran sudut antara bulan dan bintang atau planet tertentu digunakan untuk menghitung waktu Greenwich, yang kemudian dibandingkan dengan waktu lokal (diperoleh dari pengamatan langsung matahari) untuk menentukan longitude (jarak timur atau barat dari meridian Greenwich).
Menentukan Jarak: Sextant juga dapat digunakan untuk mengukur jarak ke objek terestrial jika jarak dan tinggi salah satu objek diketahui.
Keunggulan Sextant
Akurasi: Sextant dapat mengukur sudut dengan akurasi tinggi, bahkan hingga menit busur.
Kemandirian: Tidak memerlukan sumber daya eksternal seperti baterai atau GPS.
Portabilitas: Relatif kecil dan ringan, memudahkan dibawa-bawa.
Kelemahan Sextant
Kesulitan: Pengoperasian Sextant membutuhkan keterampilan dan latihan intensif.
Pengaruh Kondisi Cuaca: Cuaca buruk dan kondisi bergoyang dapat menyulitkan pengukuran.
Perhitungan Kompleks: Membutuhkan tabel astronomi dan perhitungan matematika untuk menerjemahkan pengukuran sudut menjadi posisi atau arah.
Meskipun teknologi GPS modern telah menjadi dominan, Sextant masih dianggap sebagai alat penting dalam navigasi celestial, terutama sebagai cadangan atau dalam situasi dimana GPS tidak tersedia atau tidak dapat diandalkan.Sextant merupakan salah satu alat navigasi celestial yang paling akurat dan andal, yang dapat digunakan sebagai alternatif atau cadangan jika sistem navigasi modern mengalami gangguan atau kerusakan. Sextant juga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para navigator tentang astronomi, geografi, dan matematika.
Gambar Sextant
Kronometer
Kronometer adalah sebuah alat pencatat waktu yang yang sangat akurat digunakan sebagai standar waktu portabel, yang digunakan untuk menentukan waktu Greenwich. Waktu Greenwich adalah waktu yang digunakan sebagai acuan untuk semua zona waktu di dunia, yang berdasarkan pada posisi matahari di atas meridian primer. Meridian primer adalah garis bujur yang melalui Greenwich, Inggris, yang merupakan titik nol bujur. Kronometer dirancang untuk menjaga waktu dengan presisi tinggi, meskipun dalam kondisi yang berubah-ubah seperti di laut. Navigator menggunakan kronometer yang telah diatur ke Waktu Rata-rata Greenwich (GMT) atau Coordinated Universal Time (UTC) sebagai standar waktu mereka. Dalam dunia jam tangan, istilah ini juga sering digunakan untuk jam yang telah dites dan diberikan sertifikat karena telah lulus standar ketepatan. Di Swiss, hanya jam yang diberi sertifikat oleh COSC yang dapat menggunakan kata Kronometer.
Sebelum penemuan Kronometer, lintang bisa ditentukan cukup akurat dengan navigasi bintang dan instrumen lama seperti Astrolabe. Namun, bujur hanya bisa diperkirakan karena penentuan bujur yang akurat dibuat dengan membandingkan perbedaan waktu. Jam yang lebih tua bisa kehilangan hingga 10 menit sehari, yang berarti kemungkinan kesalahan harian dalam posisi kapal setidaknya 150 mil. Masalah dalam menentukan bujur ini begitu signifikan sehingga pemerintah Inggris menawarkan 'Hadiah Bujur' pada tahun 1714. Total hadiah 20.000 GBP, jumlah besar pada masa itu, ditawarkan kepada siapa pun yang dapat menghitung bujur dalam akurasi 30 mil.
Kronometer yang akurat, yang diciptakan oleh John Harrison, seorang tukang kayu dan pembuat jam di Yorkshire-Inggris, pada abad ke-18, pada tahun 1764, untuk memecahkan masalah longitude prize, yaitu tantangan untuk menemukan metode yang akurat untuk menentukan bujur di laut. Kronometer Harrison dapat menjaga waktu yang tepat meskipun terpengaruh oleh perubahan suhu, tekanan udara, dan gerakan kapal, dan merupakan terobosan penting dalam navigasi laut. Jam berbasis pegas yang ia ciptakan sangat penting untuk navigasi laut, hingga pada tahun 1779, penjelajah Inggris Kapten James Cook menggunakan kronometer Harrison untuk berlayar mengelilingi dunia. Setelah kembali, ditemukan bahwa perhitungannya terhadap bujur berdasarkan kronometer akurat hingga dalam 8 mil. Penemuan ini mengubah secara signifikan cara navigasi. Kronometer modern biasanya menggunakan osilator kuarsa atau atom untuk mencapai tingkat ketepatan yang tinggi. Kronometer modern digunakan untuk berbagai keperluan, seperti navigasi, astronomi, fisika, dan komunikasi. Kronometer modern juga dapat disinkronkan dengan sinyal radio atau satelit untuk menyesuaikan waktu dengan standar internasional.
Cara termudah menentukan bujur di laut menggunakan navigasi bintang, bahkan hingga saat ini, adalah metode 'bujur dengan kronometer' atau 'long by chron'. Ini melibatkan, secara sederhana, mengambil dua 'pandangan' (ketinggian) matahari dengan Sextant, satu sekitar pukul 9 pagi dan yang lain sekitar tengah hari. Perbaikan 'running fix', yang mentransfer garis posisi pertama ke posisi kapal yang diperkirakan pada tengah hari, kemudian menentukan lintang (diperoleh hanya dari pandangan tengah hari) dan bujur pada tengah hari.
Untuk menggunakan kronometer dalam navigasi celestial, navigator pertama-tama perlu menghitung waktu Greenwich dari pengamatan bintang atau planet. Waktu Greenwich adalah waktu standar yang digunakan untuk menentukan bujur. Setelah mengetahui waktu Greenwich, navigator kemudian membandingkan waktu lokal dengan waktu Greenwich. Selisih antara waktu lokal dan waktu Greenwich dapat digunakan untuk menentukan bujur.
Untuk menentukan bujur dengan menggunakan kronometer, navigator harus mengukur sudut antara matahari dan cakrawala dengan menggunakan Sextant, sebuah alat yang dapat mengukur sudut dengan akurat. Sudut ini, dan waktu pengukuran yang ditunjukkan oleh kronometer, dapat digunakan untuk menghitung asensio rekta matahari, yaitu sudut yang diukur searah jarum jam dari titik Aries, yaitu titik perpotongan antara khatulistiwa langit dan ekliptik, hingga meridian matahari. Asensio rekta matahari ini dapat dibandingkan dengan asensio rekta yang terdapat pada almanak laut atau udara, sebuah buku yang berisi data posisi benda langit untuk setiap hari dalam setahun. Perbedaan antara asensio rekta matahari dan asensio rekta almanak dapat digunakan untuk menghitung perbedaan waktu antara waktu Greenwich dan waktu lokal. Perbedaan waktu ini, dikalikan dengan 15°, dapat digunakan untuk menghitung bujur tempat pengamatan.
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Bujur = (Waktu Greenwich - Waktu Lokal) x 15°
Misalnya, jika waktu Greenwich adalah 12:00:00 dan waktu lokal adalah 10:00:00, maka bujur kapal adalah:
Bujur = (12:00:00 - 10:00:00) x 15°
Bujur = 2 x 15°
Bujur = 30°
Dalam hal ini, kapal berada 30° di timur Meridian Greenwich.
Kronometer dapat digunakan untuk menentukan bujur dengan akurasi yang sangat tinggi, bahkan hingga sepersekian detik. Hal ini penting untuk navigasi celestial, karena kesalahan kecil dalam perhitungan bujur dapat menyebabkan kesalahan besar dalam posisi kapal. Rongkasnya:
Kronometer pertama kali dikembangkan oleh John Harrison pada abad ke-18. Harrison menghabiskan lebih dari 20 tahun untuk mengembangkan kronometer yang akurat. Pada tahun 1761, Harrison berhasil membuat kronometer yang dapat mengukur waktu dengan akurasi yang cukup baik.
Kronometer menjadi alat penting bagi pelaut dan navigator pada abad ke-19. Alat ini membantu pelaut untuk menentukan posisi mereka di laut dengan lebih akurat.
Pada abad ke-20, teknologi GPS mulai menggantikan kronometer sebagai alat utama untuk menentukan bujur. Namun, kronometer masih dianggap sebagai alat penting sebagai cadangan atau dalam situasi dimana GPS tidak tersedia atau tidak dapat diandalkan.
Berikut adalah beberapa keuntungan menggunakan kronometer dalam navigasi celestial:
Akurasi tinggi: Kronometer dapat mengukur waktu dengan akurasi yang sangat tinggi, bahkan hingga sepersekian detik.
Portabilitas: Kronometer relatif kecil dan ringan, sehingga mudah dibawa-bawa.
Keandalan: Kronometer dapat bekerja dengan andal dalam berbagai kondisi, termasuk cuaca buruk.
Berikut adalah beberapa kelemahan menggunakan kronometer dalam navigasi celestial:
Harga: Kronometer relatif mahal.
Kesulitan: Pengoperasian kronometer membutuhkan keterampilan dan latihan intensif.
Dengan demikian, kronometer laut menjadi komponen kunci dalam navigasi bintang, memungkinkan navigasi yang lebih akurat dan aman di lautan. Demikian cara menggunakan kronometer dalam celestial navigasi. Kronometer merupakan alat navigasi yang sangat penting dan berguna, karena dapat membantu menentukan posisi di permukaan bumi atau di ruang angkasa dengan menggunakan benda langit sebagai acuan.
Gambar Kronometer yang diciptakan oleh John Harrison
Almanak Nautika
Almanak nautika adalah buku yang berisi informasi tentang posisi benda-benda langit pada waktu tertentu. Almanak nautika berisi data posisi benda langit untuk setiap hari dalam setahun. Almanak ini berisi koordinat langit dari benda langit, yaitu Asensio rektal dan deklinasi. Asensio rektal adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari titik Aries, yaitu titik perpotongan antara khatulistiwa langit dan ekliptika, hingga meridian benda langit. Deklinasi adalah sudut yang diukur dari khatulistiwa langit hingga benda langit, dengan tanda positif jika berada di belahan utara dan negatif jika berada di belahan selatan.
Almanak Nautika adalah publikasi yang menjelaskan posisi sejumlah benda langit yang digunakan oleh navigator untuk menentukan posisi kapal mereka di laut menggunakan navigasi bintang. Almanak ini menentukan posisi di permukaan Bumi (dalam deklinasi dan sudut jam Greenwich) di mana Matahari, Bulan, planet-planet, dan Titik Pertama Aries berada tepat di atas kepala untuk setiap jam penuh sepanjang tahun. Posisi 57 bintang dipilih ditentukan relatif terhadap Titik Pertama Aries.
Untuk menemukan posisi kapal atau pesawat dengan navigasi bintang, navigator mengukur ketinggian yang tampak dari benda langit di atas cakrawala dengan Sextant dan mencatat waktu dari kronometer laut. Ketinggian tersebut dibandingkan dengan ketinggian yang diprediksi untuk posisi percobaan; perbedaan ketinggian dalam menit busur menunjukkan berapa mil laut garis posisi dari posisi percobaan.
Proses menggunakan Almanak Nautika dalam navigasi bintang melibatkan langkah-langkah berikut:
Koreksi pembacaan dari Sextant (Hs) untuk kesalahan indeks, tinggi mata, dan koreksi utama matahari untuk mendapatkan Ho, ketinggian yang diamati.
Gunakan Almanak Nautika untuk menentukan posisi tepat matahari (atau benda langit lainnya) setiap detik. Masukkan halaman harian dengan waktu Greenwich Mean Time (GMT) dari pengamatan dan tinggalkan Almanak Nautika dengan GHA dan deklinasi.
Temukan Local Hour Angle (LHA) dan lintang yang diasumsikan.
Gunakan tabel reduksi penglihatan (HO 249) yang berdasarkan pada serangkaian algoritma yang berasal dari segitiga navigasi. Mereka mengonversi lintang yang diasumsikan, deklinasi, dan LHA menjadi Zn dan ketinggian yang dihitung (Hc).
Tentukan intercept yang menentukan apakah posisi kita lebih dekat ke matahari daripada posisi yang diasumsikan.
Plotting menggunakan lembaran plotting untuk menjaga catatan DR serta informasi celestial. Untuk pengamatan matahari, gunakan lintang yang diasumsikan, bujur yang diasumsikan, Zn, dan intercept untuk membuat garis posisi (LOP).
Almanak Nautika mengandung data astronomi untuk seluruh tahun yang membantu navigator dalam membuat perhitungan astronomi di kapal. Almanak ini menggunakan posisi waktu sesuai dengan GMT (Greenwich Meridian Time) bersama dengan posisi Bumi untuk menghitung dan memprediksi rute-rute pelayaran. Almanak ini berisi berbagai tabel dan data yang berguna untuk navigasi, termasuk tabel koreksi ketinggian, data tentang koreksi refractional, catatan planet dan diagram, ephemeris untuk seluruh tahun, tabel untuk membedakan GMT dan waktu standar di seluruh dunia, tabel koreksi ketinggian Polaris, dan tabel konversi busur menjadi waktu.
Dua almanak paling terkenal dan andal yang diterbitkan hingga hari ini adalah Almanak Nautika Inggris yang diterbitkan oleh HM Nautical Almanac Office sejak abad ke-18 dan almanak Amerika Serikat yang diterbitkan oleh US Naval Observatory sejak abad ke-19.
Almanak nautika biasanya diterbitkan setiap tahun oleh pemerintah atau organisasi swasta. Almanak nautika tersedia dalam berbagai format, termasuk buku, CD-ROM, dan aplikasi seluler.
Berikut adalah beberapa informasi yang biasanya terdapat dalam almanak nautika:
Posisi benda-benda langit: Almanak nautika berisi informasi tentang posisi matahari, bulan, bintang, dan planet pada berbagai waktu dalam setahun.
Waktu Greenwich: Almanak nautika berisi informasi tentang waktu Greenwich untuk berbagai waktu dalam setahun.
Bujur: Almanak nautika berisi informasi tentang bujur untuk berbagai posisi di Bumi.
Lintang: Almanak nautika berisi informasi tentang lintang untuk berbagai posisi di Bumi.
Kecepatan benda-benda langit: Almanak nautika berisi informasi tentang kecepatan benda-benda langit, seperti matahari, bulan, bintang, dan planet.
Fase bulan: Almanak nautika berisi informasi tentang fase bulan, seperti bulan baru, bulan purnama, dan bulan sabit.
Peristiwa astronomi: Almanak nautika berisi informasi tentang peristiwa astronomi, seperti gerhana matahari dan gerhana bulan.
Almanak nautika adalah alat penting bagi navigator untuk menentukan posisi dan arah kapal. Almanak nautika membantu navigator untuk berlayar dengan aman dan efisien.
Almanak Nautika
Tabel trigonometri
Tabel trigonometri adalah tabel yang berisi nilai fungsi trigonometri, seperti sinus, kosinus, dan tangen, untuk sudut-sudut tertentu. Tabel trigonometri dapat digunakan untuk melakukan navigasi celestial, yaitu teknik navigasi yang dilakukan dengan mengamati posisi benda langit untuk menentukan posisi di permukaan bumi atau di ruang angkasa. Tabel trigonometri juga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan segitiga, lingkaran, gelombang, dan geometri analitik.
Tabel trigonometri biasanya berisi nilai fungsi trigonometri untuk sudut-sudut istimewa, yaitu sudut yang memiliki nilai trigonometri mudah untuk diingat dan dihafalkan, seperti 0°, 30°, 45°, 60°, dan 90°. Tabel trigonometri juga dapat berisi nilai fungsi trigonometri untuk semua sudut dari 0° sampai 360°, dengan interval tertentu, misalnya 1° atau 5°. Tabel trigonometri dapat dibuat dengan menggunakan rumus-rumus trigonometri, seperti rumus kuadran, rumus sudut berelasi, rumus sudut rangkap, dan rumus sudut setengah.
Tabel trigonometri dalam navigasi celestial adalah alat penting yang memungkinkan navigator untuk menghitung posisi mereka dengan menggunakan pengukuran sudut dari benda-benda langit. Proses ini melibatkan beberapa langkah utama:
Koreksi Ketinggian Sextant: Langkah pertama adalah mengoreksi ketinggian benda langit yang diukur dengan Sextant. Koreksi ini termasuk faktor-faktor seperti refraksi, "dip" (perbedaan tinggi pengamat di atas permukaan laut), dan semi-diameter (untuk Matahari dan Bulan). Koreksi-koreksi ini ditemukan dalam tabel nautikal.
Menghitung Arah dan Jarak: Menggunakan rumus trigonometri, navigator menghitung arah dan jarak dari posisi yang diasumsikan ke posisi benda langit. Rumus ini melibatkan jarak zenit, deklinasi benda langit (jarak sudutnya dari ekuator langit), dan Sudut Jam Lokal (LHA). Tabel ABC menyederhanakan perhitungan ini dengan menghindari penggunaan kalkulator atau tabel logaritma, berdasarkan rumus yang sama.
Mendapatkan Garis Posisi: Perbedaan antara Jarak Zenit Benar (TZD) dan Jarak Zenit Dihitung (CZD) memberikan Intercept, yang membantu dalam menggambar Garis Posisi. Garis ini mewakili garis di mana posisi navigator berada.
Menggabungkan Garis Posisi: Sebuah Garis Posisi harus dikombinasikan dengan pengamatan lain untuk mendapatkan "fix" atau penentuan posisi yang akurat. Ini dapat dicapai dengan menggunakan lembar plot dan kemudian mentransfer posisi ke pengamatan berikutnya dan menggambar kembali Garis Posisi yang Dipindahkan.
Dalam praktiknya, tabel trigonometri dalam navigasi celestial memberikan kerangka kerja untuk menghitung posisi secara akurat dengan menggunakan observasi benda langit. Meskipun proses ini mungkin tampak kompleks, tabel-tabel ini dirancang untuk memudahkan navigator dalam melakukan perhitungan penting dengan cara yang lebih langsung dan mudah dipahami.
Ilustrasi Gambar Tabel trigonometri
Kalkulator
Kalkulator adalah alat penting lainnya untuk navigasi celestial selain Sextant, kronometer, almanak nautika, dan tabel trigonometri. Kalkulator digunakan untuk melakukan perhitungan matematika yang diperlukan untuk menentukan posisi dari pengamatan benda langit. Kalkulator dapat berupa alat elektronik, mekanik, atau manual, yang dapat menghitung fungsi trigonometri, logaritma, dan lain-lain.
Kegunaan Kalkulator dalam Navigasi Celestial:
Perhitungan Cepat dan Akurat: Kalkulator memungkinkan melakukan perhitungan matematis yang terkait dengan navigasi celestial dengan cepat dan akurat, terutama perhitungan yang rumit seperti penentuan bujur menggunakan kronometer dan almanak nautika.
Mengurangi Kesalahan: Mengurangi risiko kesalahan perhitungan manual yang dapat berakibat fatal dalam navigasi di laut.
Fungsi Trigonometri: Banyak kalkulator memiliki fungsi trigonometri bawaan yang memudahkan perhitungan sinus, cosinus, dan tangen yang dibutuhkan dalam pengukuran sudut dengan Sextant.
Penyimpanan Data: Beberapa kalkulator canggih bahkan dapat menyimpan data perhitungan, almanak nautika digital, dan fungsi navigasi lainnya, membuatnya sebagai alat navigasi yang komprehensif.
Meskipun teknologi GPS modern menjadi dominan, kalkulator tetap menjadi alat bantu yang penting dalam navigasi celestial. Fungsinya sebagai alat verifikasi perhitungan dan cadangan jika terjadi kegagalan teknologi GPS, terutama di laut lepas.
Beberapa tipe kalkulator yang umum digunakan dalam navigasi celestial:
Kalkulator ilmiah: Memiliki fungsi trigonometri dasar dan kemampuan perhitungan tingkat lanjut.
Kalkulator navigasi: Dirancang khusus untuk navigasi, dengan fungsi tambahan seperti konversi koordinat, perhitungan waktu matahari terbit dan terbenam, dan perhitungan jarak.
Aplikasi kalkulator: Beberapa aplikasi ponsel pintar menawarkan fungsi serupa dengan kalkulator navigasi khusus, namun keandalannya perlu dipertimbangkan untuk situasi kritis.
Kesimpulan:
Baik alat tradisional seperti Sextant, kronometer, almanak nautika, dan tabel trigonometri maupun teknologi modern seperti kalkulator dan GPS, semuanya memainkan peran penting dalam navigasi celestial. Kombinasi antara pemahaman teoretis, penguasaan alat, dan keterampilan perhitungan manual serta pemanfaatan teknologi modern secara bijak, akan menentukan keberhasilan navigasi di laut lepas.
Konsep Dasar Navigasi Celestial
Konsep dasar navigasi celestial melibatkan pemahaman tentang Elemen kunci termasuk Bola Langit, khatulistiwa langit, ekliptik, dan konsep koordinat langit (asensio rekta dan deklinasi).
Bola Langit yang merupakan bola khayal dengan radius sangat besar yang berpusat di Bumi, di mana semua benda langit dapat dianggap berada. Ini adalah representasi imajiner bumi yang diperluas ke ruang luar. Bayangkan Bumi berada di pusat sebuah bola besar, dengan bintang, planet, dan benda langit lainnya yang terletak pada permukaan bola ini. Meskipun benda-benda langit sebenarnya tidak berada pada jarak yang sama dari Bumi, penggunaan bola langit ini memudahkan dalam melakukan pengukuran dan perhitungan
Khatulistiwa langit, Sama seperti Bumi memiliki khatulistiwa, bola langit juga memiliki khatulistiwa. Khatulistiwa langit adalah proyeksi khatulistiwa Bumi ke bola langit. Ini adalah garis khayal yang membagi bola langit menjadi dua hemisfer: utara dan selatan, yang berpusat di Bumi dan sejajar dengan khatulistiwa Bumi.
Ekliptik adalah lingkaran khayal yang berpusat di Bumi dan menunjukkan lintasan matahari sepanjang tahun. Ini juga adalah proyeksi orbit Bumi di sekitar Matahari pada bola langit. Ekliptik sangat penting dalam navigasi celestial karena posisi Matahari, Bulan, dan planet-planet sering kali didekatkan ke jalur ini.
Koordinat Langit adalah sistem yang digunakan untuk menentukan lokasi benda-benda langit pada bola langit. Koordinat ini mirip dengan sistem lintang dan bujur di Bumi.
Asensio rekta adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari titik Aries, yaitu titik perpotongan antara khatulistiwa langit dan ekliptik, hingga meridian benda langit. Ini adalah salah satu koordinat yang digunakan untuk menentukan posisi benda langit. Asensio Rekta analog dengan bujur di Bumi dan diukur dalam satuan waktu (jam, menit, dan detik).
Deklinasi adalah sudut yang diukur dari khatulistiwa langit hingga benda langit, dengan tanda positif jika berada di belahan utara dan negatif jika berada di belahan selatan. Ini adalah koordinat kedua, yang analog dengan lintang di Bumi. Deklinasi mengukur sudut utara atau selatan dari khatulistiwa langit dan diukur dalam derajat.
Untuk menentukan posisi dengan menggunakan navigasi celestial, navigator harus mengukur sudut antara benda langit dan cakrawala dengan menggunakan Sextant, sebuah alat yang dapat mengukur sudut dengan akurat. Sudut ini, dan waktu pengukuran yang ditunjukkan oleh kronometer, sebuah alat pencatat waktu yang sangat tepat, dapat digunakan untuk menghitung lintang dan bujur dengan menggunakan tabel-tabel yang diterbitkan. Tabel-tabel ini berisi data posisi benda langit untuk setiap hari dalam setahun, yang disebut almanak laut atau udara. Tabel-tabel ini juga berisi rumus-rumus trigonometri sferis, yang digunakan untuk melakukan perhitungan matematika yang diperlukan untuk menentukan posisi dari pengamatan benda langit.
Prinsip dasar navigasi celestial adalah sebagai berikut:
Semua benda-benda langit tampak bergerak di langit dengan latar belakang bintang-bintang yang relatif tidak bergerak.
Posisi benda-benda langit di langit dapat diukur dengan menggunakan alat-alat astronomi, seperti Sextant.
Posisi benda-benda langit di langit dapat dihitung menggunakan trigonometri.
Navigasi celestial adalah metode penentuan posisi di laut, darat, atau udara dengan menggunakan pengukuran sudut antara benda langit (seperti Matahari, Bulan, bintang, atau planet) dan horizon. Dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar tersebut, navigator dapat menentukan posisi dan arah suatu titik di Bumi dengan melibatkan beberapa elemen kunci:
Pengukuran Sudut: Menggunakan Sextant, navigator mengukur sudut antara benda langit dan horizon. Sextant memungkinkan pengukuran yang sangat akurat, penting untuk navigasi jarak jauh.
Waktu dan Kronometer: Waktu pengukuran sangat penting. Kronometer laut atau jam waktu akurat digunakan untuk menentukan waktu tepat pengukuran, yang krusial untuk menghitung posisi geografis benda langit.
Posisi Geografis (GP) Benda Langit: Setiap benda langit pada waktu tertentu berada tepat di atas titik tertentu di Bumi, yang dikenal sebagai GP-nya. Data ini diperoleh dari almanak nautikal.
Penentuan Latitude dan Longitude: Dengan mengukur ketinggian benda langit dan menggunakan waktu pengukuran, navigator dapat menghitung latitude dan longitude. Ini dilakukan dengan membandingkan waktu pengamatan dengan posisi GP benda langit.
Sight Reduction dan Tabel Trigonometri: Setelah pengukuran dilakukan, data tersebut dikurangi menggunakan tabel trigonometri untuk menentukan jarak dari GP dan menghasilkan garis posisi (LOP). Menggabungkan beberapa LOP dari benda langit yang berbeda akan memberikan posisi yang akurat.
Penyesuaian untuk Faktor Eksternal: Koreksi dilakukan untuk faktor seperti refraksi atmosfer, paralaks, dan semi-diameter (untuk Matahari dan Bulan).
Penentuan Posisi: Dengan menggabungkan beberapa pengukuran dari benda langit yang berbeda, navigator dapat menentukan posisi mereka dengan lebih akurat. Titik di mana garis posisi ini bertemu di peta navigasi adalah lokasi sebenarnya.
Navigasi celestial memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
Dapat digunakan di mana saja, tanpa bergantung pada infrastruktur modern.
Dapat digunakan untuk menentukan posisi dan arah dengan akurasi yang tinggi.
Namun, navigasi celestial juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:
Membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang cukup tinggi.
Dapat terganggu oleh kondisi cuaca buruk.
Alat-alat yang digunakan dalam navigasi celestial:
Sextant: Alat untuk mengukur sudut antara benda langit dan cakrawala.
Kronometer: Alat untuk mengukur waktu dengan akurasi yang tinggi.
Almanak nautika: Buku yang berisi informasi tentang posisi benda-benda langit pada waktu tertentu.
Tabel trigonometri: Tabel yang berisi nilai-nilai fungsi trigonometri untuk berbagai sudut.
Kalkulator: Alat untuk menghitung nilai-nilai fungsi trigonometri dan melakukan perhitungan matematis lainnya.
Navigasi celestial telah digunakan selama berabad-abad dan tetap menjadi keterampilan penting dalam navigasi laut, terutama sebagai cadangan untuk teknologi navigasi satelit modern. Meskipun memerlukan pemahaman tentang konsep astronomi dan trigonometri, dasar-dasar navigasi celestial dapat dipelajari dan diterapkan dengan alat dan sumber daya yang tepat.
Demikian konsep dasar navigasi celestial, yang dapat membantu navigator untuk menentukan posisi mereka di permukaan bumi atau di ruang angkasa dengan menggunakan benda langit sebagai acuan.
Koordinat Benda Langit Azimuth dan Altitude
Koordinat benda langit adalah sistem yang digunakan untuk menentukan posisi benda langit di langit. Ada beberapa sistem koordinat benda langit yang berbeda, tergantung pada titik acuan dan sumbu yang digunakan. Salah satu sistem koordinat benda langit yang paling sederhana dan umum adalah sistem koordinat horison, atau alt-azimuth, yang adalah komponen kunci dalam astronomi dan navigasi celestial.
Altitude (Ketinggian): Altitude adalah sudut antara benda langit dan horizon. Diukur dalam derajat, dimulai dari 0° di horizon hingga 90°. Benda langit yang berada tepat di atas kepala pengamat memiliki altitude 90°, yang disebut zenit, sedangkan benda langit yang berada tepat di bawah kaki pengamat memiliki altitude -90°, yang disebut nadir. Altitude mengindikasikan seberapa tinggi benda langit berada di langit. Dalam navigasi, altitude diukur menggunakan Sextant.
Azimuth (Arah): Azimuth adalah sudut horizontal antara arah utara sejati dan titik di mana benda langit terlihat di horizon. Azimuth diukur dalam derajat di sepanjang horizon, yang diukur searah jarum jam dari 0° sampai 360°, biasanya mulai dari 0° di utara, meningkat hingga 90° di timur, 180° di selatan, dan 270° di barat dan kembali lagi ke utara 360° atau 0°. Benda langit yang berada di sebelah utara pengamat memiliki azimuth 0°, yang disebut meridian utara, sedangkan benda langit yang berada di sebelah selatan pengamat memiliki azimuth 180°, yang disebut meridian selatan.
Penggunaan dalam Navigasi Celestial: Dalam navigasi celestial, pengukuran azimuth dan altitude benda langit digunakan untuk menentukan posisi geografis pengamat. Dengan menghitung ketinggian (altitude) Matahari, bintang, atau planet lain pada waktu tertentu, dan mengetahui azimuth-nya, navigator dapat menghitung latitude dan longitude mereka.
Perhitungan: Perhitungan azimuth dan altitude melibatkan trigonometri. Data ini, dikombinasikan dengan informasi dari almanak nautikal dan tabel trigonometri, memungkinkan perhitungan posisi yang akurat. Koordinat azimuth dan altitude dapat digunakan untuk menentukan posisi benda-benda langit dengan cara berikut:
Mengukur azimuth dan altitude benda langit dengan menggunakan alat astronomi, seperti Sextant.
Menggunakan tabel trigonometri untuk menghitung posisi benda langit di langit.
Pentingnya Akurasi Waktu: Akurasi waktu sangat penting dalam pengukuran ini. Perbedaan waktu yang kecil dapat menghasilkan kesalahan signifikan dalam penentuan azimuth dan altitude, yaitu dalam penentuan posisi.
Koordinat azimuth dan altitude dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk:
Navigasi celestial: Azimuth dan altitude digunakan untuk menentukan posisi dan arah kapal.
Astrofotografi: Azimuth dan altitude digunakan untuk mengarahkan teleskop ke arah benda langit yang ingin difoto.
Astronomi: Azimuth dan altitude digunakan untuk mempelajari pergerakan benda-benda langit.
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan azimuth dan altitude:
Seorang navigator menggunakan Sextant untuk mengukur azimuth dan altitude bintang Polaris. Navigator kemudian menggunakan tabel trigonometri untuk menghitung posisi Polaris di langit. Posisi Polaris di langit dapat digunakan untuk menentukan bujur kapal.
Seorang astrofotografer menggunakan Kompas untuk mengukur azimuth utara. Fotografer kemudian menggunakan Sextant untuk mengukur altitude bintang tertentu. Fotografer kemudian menggunakan tabel trigonometri untuk menghitung posisi bintang di langit. Posisi bintang di langit dapat digunakan untuk mengarahkan teleskop ke arah bintang tersebut.
Seorang astronom menggunakan teleskop untuk mengamati planet Mars. Astronom kemudian menggunakan Sextant untuk mengukur azimuth dan altitude Mars. Astronom kemudian menggunakan tabel trigonometri untuk menghitung posisi Mars di langit. Posisi Mars di langit dapat digunakan untuk mempelajari pergerakan Mars.
Azimuth dan altitude merupakan dasar dari banyak metode navigasi celestial dan astronomi observasional, memungkinkan penentuan posisi dan orientasi yang tepat terhadap benda langit. Dengan menggunakan sistem koordinat horison, pengamat dapat menentukan posisi benda langit di langit dengan mengukur altitude dan azimuth benda langit tersebut dengan menggunakan alat seperti Sextant atau Kompas bintang. Sistem koordinat horison sangat mudah untuk digunakan, tetapi bersifat lokal, artinya posisi benda langit akan berbeda-beda tergantung pada lokasi dan waktu pengamatan. Oleh karena itu, sistem koordinat horison tidak cocok untuk digunakan secara global atau untuk benda langit yang bergerak cepat.
Circle of Position (CoP)
Circle of Position (CoP), atau lingkaran posisi, adalah konsep penting dalam navigasi celestial. Ini mewakili semua titik di Bumi di mana seorang pengamat akan melihat benda langit tertentu pada ketinggian (altitude) tertentu pada waktu tertentu. Circle of position adalah sebuah lingkaran khayal di permukaan bumi yang berisi semua titik yang memiliki jarak zenit yang sama terhadap benda langit tertentu. Jarak zenit adalah sudut antara garis yang menghubungkan pengamat dan pusat bumi dengan garis yang menghubungkan pengamat dan benda langit. Circle of position dapat digunakan untuk menentukan posisi pengamat dengan menggunakan navigasi celestial. Untuk menentukan circle of position, pengamat harus mengukur sudut antara benda langit dan cakrawala dengan menggunakan Sextant. Sudut ini, dan waktu pengukuran yang ditunjukkan oleh kronometer, dapat digunakan untuk menghitung jarak zenit dengan menggunakan Almanak Nautika. Dengan mengetahui jarak zenit, pengamat dapat menggambar circle of position di peta atau globe, yang merupakan lingkaran dengan radius sama dengan jarak zenit dan pusatnya berada di bawah benda langit tersebut.
Dengan mengukur lebih dari satu benda langit, pengamat dapat menggambar lebih dari satu circle of position, yang akan berpotongan di dua titik. Titik potongan ini merupakan kemungkinan posisi pengamat, yang dapat dibedakan dengan menggunakan informasi tambahan, seperti arah mata angin, atau dengan mengukur benda langit ketiga. Semakin kecil lingkaran yang digambar, semakin akurat posisi yang ditentukan.
Secara sederhana, CoP menggambarkan semua lokasi yang mungkin Anda berada jika Anda melihat bintang spesifik pada sudut tertentu terhadap horizon pada waktu tertentu.
Cara kerja CoP
Pengamatan: Navigator menggunakan Sextant untuk mengukur altitude benda langit (misalnya bintang) di atas horizon.
Perhitungan: Menggunakan ephemeris astronomi (seperti almanak nautika) dan rumus trigonometri, navigator menghitung posisi Zenith benda langit (titik di atas kepala pengamat) pada waktu pengamatan.
Geometri: Dengan mengetahui posisi Zenith dan altitude, navigator dapat membayangkan sebuah lingkaran di sekitar Bumi. Lingkaran ini mewakili semua titik di mana pengamat akan melihat benda langit dengan altitude yang sama.
Identifikasi lokasi: Navigator berada di suatu tempat pada lingkaran itu. Oleh karena itu, dengan menentukan CoP dari beberapa pengamatan benda langit yang berbeda, navigator dapat mempersempit lokasi mereka dengan lebih akurat.
Kegunaan CoP
Menentukan posisi: Dalam navigasi celestial, CoP digunakan bersamaan dengan pengamatan benda langit lainnya untuk mendapatkan perkiraan posisi kapal. Semakin banyak CoP yang dihitung, semakin kecil area tumpang tindih dan semakin akurat perkiraan lokasi.
Memverifikasi posisi: CoP juga dapat digunakan untuk memverifikasi perkiraan posisi yang diperoleh dari metode lain, seperti GPS. Jika posisi GPS Anda berada di luar semua CoP Anda, perhitungan kemungkinan salah.
Jenis CoP
Altitude CoP: Lingkaran posisi berdasarkan pengamatan altitude benda langit.
Time CoP: Lingkaran posisi berdasarkan pengamatan posisi benda langit pada waktu yang berbeda.
Bearing CoP: Lingkaran posisi berdasarkan pengukuran azimuth (arah) benda langit.
Kesimpulan
Circle of position merupakan lingkaran khayal di permukaan bumi yang berisi semua titik yang memiliki jarak zenit yang sama terhadap benda langit tertentu. Circle of Position adalah alat penting dalam navigasi celestial yang membantu menentukan posisi dan arah. Pemahaman CoP dan penggunaannya secara efektif merupakan keterampilan penting bagi navigator yang ingin mengandalkan bintang untuk menemukan jalan mereka.
UTC dan Zona Waktu dalam Navigasi
Dalam navigasi, waktu adalah faktor penting yang perlu diperhatikan. Waktu digunakan untuk menentukan posisi benda-benda langit, yang kemudian digunakan untuk menentukan posisi kapal. UTC dan zona waktu adalah dua konsep yang berkaitan dengan pengukuran dan penyesuaian waktu di seluruh dunia, yang penting untuk digunakan dalam navigasi.
UTC adalah singkatan dari Universal Coordinated Time, standar waktu internasional yang digunakan dalam navigasi yang dihitung berdasarkan rotasi Bumi dan dipertahankan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA). UTC adalah dasar dari semua zona waktu di dunia dan merupakan standar waktu yang digunakan dalam sistem navigasi satelit, pesawat terbang, dan sistem komunikasi global. Dalam navigasi, UTC digunakan untuk menghitung posisi benda-benda langit. Posisi benda-benda langit di langit ditentukan oleh waktu dan tanggal. Dengan mengetahui waktu UTC, navigator dapat menggunakan almanak nautika untuk mengetahui posisi benda-benda langit di langit pada saat pengamatan.
Zona waktu adalah pembagian wilayah di permukaan bumi yang memiliki waktu yang sama, yang biasanya berbeda satu jam dari zona waktu yang bersebelahan. Zona waktu digunakan untuk menyesuaikan waktu lokal dengan waktu UTC, dengan menambahkan atau mengurangi selisih jam yang disebut offset. Zona waktu dihitung berdasarkan bujur. Setiap 15 derajat bujur mewakili satu zona waktu. Zona waktu digunakan untuk mengkonversi waktu UTC ke waktu setempat. Waktu setempat penting untuk menentukan posisi kapal karena posisi benda-benda langit di langit berbeda tergantung pada zona waktu.
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan UTC dan zona waktu dalam navigasi:
Seorang navigator menggunakan Sextant untuk mengukur altitude bintang Polaris. Navigator kemudian menggunakan almanak nautika untuk menghitung posisi Polaris di langit pada waktu pengamatan. Posisi Polaris di langit dapat digunakan untuk menentukan bujur kapal.
Seorang navigator menggunakan kronometer untuk mengukur waktu pengamatan. Navigator kemudian menggunakan tabel trigonometri untuk menghitung posisi benda langit di langit. Posisi benda langit di langit dapat digunakan untuk menentukan lintang kapal.
UTC dan zona waktu adalah konsep penting yang perlu dipahami dalam navigasi. Pemahaman yang baik tentang konsep ini akan membantu navigator untuk menentukan posisi dan arah kapal dengan lebih akurat.
Berikut adalah beberapa tips untuk menggunakan UTC dan zona waktu dalam navigasi:
Gunakan jam yang disetel ke UTC. Ini akan memudahkan Anda untuk menghitung posisi benda-benda langit.
Pahami perbedaan waktu antara UTC dan zona waktu setempat. Hal ini penting untuk memastikan bahwa Anda menggunakan waktu yang tepat untuk menghitung posisi benda-benda langit.
Gunakan almanak nautika yang terbaru. Almanak nautika berisi informasi tentang posisi benda-benda langit pada berbagai waktu dan tanggal.
Menggunakan UTC dan memahami zona waktu memungkinkan navigator untuk menentukan posisi yang akurat dan melakukan navigasi yang efektif di seluruh dunia.
Pengamatan Benda Langit
Matahari: Pengamatan dan Perhitungan Noon Sight
Pengamatan Matahari
Menggunakan Sextant: Alat utama dalam pengamatan ini adalah Sextant. Pengamat mengarahkan Sextant ke matahari dan menyesuaikan cermin untuk mengukur sudut antara matahari dan horizon.
Teknik Pengukuran: Mengukur 'angle of altitude' matahari, yaitu tinggi matahari di atas horizon, di waktu yang berbeda-beda sepanjang hari.
Pentingnya Perlindungan Mata: Menggunakan filter pada Sextant untuk melindungi mata dari sinar matahari langsung saat melakukan pengamatan.
Noon Sight (Meridian Passage)
Definisi: Noon sight adalah teknik untuk menentukan lintang di saat matahari berada tepat di meridian lokal, atau dengan kata lain, saat matahari mencapai titik tertingginya di langit.
Waktu Meridian Passage: Waktu lokal ketika ini terjadi, yang bisa dihitung atau diperkirakan dari tabel nautical almanac.
Pentingnya Akurasi Waktu: Menggunakan jam kronometer atau sumber waktu yang akurat untuk menentukan waktu tepat meridian passage.
Perhitungan Lintang
Menghitung Lintang: Setelah mendapatkan sudut tertinggi matahari (altitude) saat meridian passage, navigasi menggunakan formula tertentu untuk menghitung lintang geografis kapal.
Menggunakan Tabel dan Almanac: Mengacu pada Nautical Almanac untuk mendapatkan deklinasi matahari pada hari tersebut, yang merupakan faktor penting dalam perhitungan.
Koreksi untuk Kesalahan: Melakukan koreksi untuk faktor seperti pembiasan atmosfer dan kesalahan instrumen.
Pentingnya Noon Sight
Noon sight merupakan salah satu metode paling tradisional dan sederhana dalam navigasi celestial, tetapi tetap relevan karena keakuratannya dalam menentukan lintang. Metode ini sangat berguna di laut, di mana metode navigasi lain mungkin tidak tersedia atau sebagai cara untuk mengkonfirmasi data dari alat navigasi modern.
Pengamatan matahari menggunakan teknik noon sight adalah komponen penting dari navigasi celestial. Ini memerlukan pemahaman yang baik tentang cara menggunakan alat seperti Sextant, serta kemampuan untuk menerapkan konsep-konsep navigasi dasar.
Bintang dan Planet: Identifikasi dan Pengamatan Malam Hari
Identifikasi Bintang dan Planet
Pemilihan Benda Langit: Memilih bintang dan planet yang paling mudah dikenali dan paling berguna untuk navigasi, seperti Sirius, Canopus, atau planet Venus dan Mars.
Menggunakan Bintang Polaris: Khusus di belahan bumi utara, Polaris (Bintang Utara) digunakan untuk menentukan lintang karena posisinya yang hampir tetap.
Star Charts dan Aplikasi: Menggunakan peta bintang atau aplikasi mobile untuk membantu dalam identifikasi bintang dan planet.
Pengamatan Malam Hari
Penggunaan Sextant: Mirip dengan pengamatan matahari, Sextant digunakan untuk mengukur sudut antara bintang atau planet dan horizon.
Teknik Pengukuran: Melakukan pengukuran pada waktu yang berbeda di malam hari untuk memaksimalkan akurasi.
Kesulitan Pengamatan Malam: Tantangan seperti pencahayaan rendah dan kesulitan menemukan bintang atau planet tertentu di langit malam.
Menggunakan Star Finder
Alat Navigasi: Star finder adalah alat yang membantu dalam menentukan bintang mana yang akan terlihat dari posisi tertentu di waktu tertentu.
Cara Penggunaan: Memasukkan tanggal, waktu, dan lintang ke dalam star finder untuk melihat konstelasi yang akan muncul di langit.
Pelengkap Sextant: Membantu dalam merencanakan pengamatan dan memilih bintang atau planet yang akan diukur dengan Sextant.
Pentingnya Pengamatan Bintang dan Planet
Pengamatan bintang dan planet pada malam hari merupakan bagian kunci dari navigasi celestial. Ini memberikan cara untuk menentukan posisi kapal saat GPS atau teknologi lain tidak tersedia. Keterampilan ini sangat penting bagi navigator yang ingin memahami sepenuhnya prinsip navigasi dan memiliki cadangan metode navigasi yang handal.
Pengamatan bintang dan planet memerlukan kejelian dan pemahaman yang baik tentang langit malam, serta kemampuan untuk menggunakan alat navigasi seperti Sextant dan star finder.
Bulan: Karakteristik dan Tantangan Pengamatan
Pengamatan Bulan
Menggunakan Sextant: Seperti halnya matahari dan bintang, Sextant digunakan untuk mengukur sudut antara bulan dan horizon. Ini melibatkan pengukuran 'angle of altitude' bulan.
Fase Bulan: Pengaruh berbagai fase bulan (seperti purnama, bulan sabit) terhadap visibilitas dan pengukuran.
Pengukuran Parallax Bulan: Menghitung parallax bulan, yang penting karena jaraknya yang relatif dekat ke Bumi, yang berdampak pada posisi yang tampak.
Tantangan Pengamatan Bulan
Cahaya Bulan yang Terang: Kesulitan dalam mengambil bacaan yang akurat dengan Sextant karena cahaya bulan yang terang bisa menyilaukan.
Pergerakan Cepat Bulan: Bulan bergerak lebih cepat melintasi langit dibandingkan bintang dan planet, memerlukan pengukuran yang lebih sering dan tepat.
Memprediksi Posisi Bulan: Menggunakan Nautical Almanac untuk memperkirakan posisi bulan dan waktu terbaik untuk pengamatan.
Pentingnya Pengamatan Bulan
Pengamatan bulan dalam navigasi celestial menawarkan metode alternatif untuk menentukan posisi kapal, terutama ketika matahari atau bintang tidak terlihat. Meskipun lebih menantang, pengamatan bulan dapat memberikan data penting dalam kondisi tertentu.
Pengamatan bulan memerlukan pemahaman yang baik tentang bagaimana fase dan gerakannya mempengaruhi pengukuran navigasi. Ini juga membutuhkan kemahiran dalam menggunakan Sextant dan interpretasi data yang akurat.
Planisphere: Penggunaan dan Interpretasi
Definisi Planisphere
Apa Itu Planisphere: Planisphere adalah alat dua dimensi yang dapat digunakan untuk menampilkan posisi bintang dan konstelasi di langit pada waktu tertentu dan tanggal tertentu, berdasarkan lokasi pengamat.
Komposisi: Biasanya terdiri dari dua cakram berputar yang dipasang bersama-sama yang dapat disesuaikan untuk mencerminkan langit malam pada waktu dan tanggal tertentu.
Penggunaan Planisphere dalam Navigasi
Menetapkan Tanggal dan Waktu: Pengguna harus mengatur planisphere sesuai dengan tanggal dan waktu lokal untuk melihat konfigurasi langit.
Menentukan Bintang yang Terlihat: Planisphere membantu menentukan bintang mana yang akan terlihat di langit pada waktu dan lokasi tertentu, yang sangat berguna untuk navigasi malam.
Rencana Pengamatan: Menyediakan panduan visual untuk merencanakan pengamatan bintang dan planet, membantu navigator memilih objek langit terbaik untuk pengukuran navigasi.
Interpretasi Planisphere
Membaca Planisphere: Memahami simbol dan skala pada planisphere, termasuk representasi konstelasi, bintang, dan planet.
Orientasi Planisphere: Cara mengorientasikan planisphere dengan langit nyata, seringkali memerlukan pengetahuan dasar tentang orientasi bintang utama dan konstelasi.
Mengaplikasikan Informasi: Menggunakan data dari planisphere untuk membuat keputusan navigasi, seperti memilih bintang untuk pengamatan atau menentukan waktu terbaik untuk pengamatan.
Pentingnya Planisphere dalam Navigasi Celestial
Planisphere merupakan alat bantu yang sangat berguna dalam navigasi celestial, terutama dalam kondisi di mana teknologi modern tidak tersedia atau sebagai metode pendukung. Alat ini memungkinkan navigator untuk memahami dan memprediksi langit malam dengan lebih efektif, yang vital dalam perencanaan pengamatan bintang dan planet.
Penggunaan dan interpretasi planisphere memerlukan pemahaman dasar tentang astronomi dan navigasi celestial. Ini termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi konstelasi utama dan bintang-bintang yang paling sering digunakan dalam navigasi.
Penghitungan Posisi
Sight Reduction
Definisi Sight Reduction
Sight reduction adalah proses mengonversi pengamatan benda langit menjadi posisi geografis yang akurat. Ini melibatkan mengambil data dari pengamatan (seperti sudut dan waktu) dan mengubahnya menjadi koordinat lintang dan bujur.
Langkah-Langkah Sight Reduction
Pencatatan Sudut: Menggunakan Sextant untuk mengukur sudut antara benda langit dan horizon.
Menghitung Ketinggian yang Terkoreksi: Menerapkan koreksi untuk faktor seperti pembiasan atmosferik, semiparalaksis, dan kesalahan instrumen.
Menggunakan Tabel Sight Reduction atau Software: Menggunakan data dari Nautical Almanac dan tabel sight reduction atau perangkat lunak khusus untuk mengkonversi sudut yang diukur menjadi koordinat posisi.
Metode Perhitungan
Terdapat berbagai metode matematika dan tabel untuk sight reduction, termasuk tabel tradisional seperti H.O. 229 atau metode modern seperti penggunaan perangkat lunak navigasi.
Menentukan Latitude dan Longitude
Menggunakan Matahari: Mengukur ketinggian matahari saat meridian passage dapat memberikan informasi langsung tentang lintang geografis.
Menggunakan Bintang dan Planet: Pengamatan bintang dan planet pada malam hari, serta perbandingan waktu pengamatan dengan posisi yang diketahui, membantu dalam menentukan lintang dan bujur.
Koreksi Pengukuran: Pentingnya mengaplikasikan koreksi untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran, seperti pembiasan atmosferik dan kesalahan instrumen.
Menghitung Lintang dan Bujur dengan Sextant dan Nautical Almanac
Penggunaan Sextant: Sextant digunakan untuk mengukur sudut antara benda langit dan horizon, yang dikenal sebagai 'angle of altitude'.
Penggunaan Nautical Almanac: Almanac menyediakan data posisi benda langit pada waktu dan tanggal tertentu, yang digunakan bersama dengan pengukuran Sextant.
Rumus dan Perhitungan: Terdapat rumus matematika untuk mengubah pengukuran Sextant dan data almanac menjadi koordinat lintang dan bujur. Ini melibatkan pemahaman tentang geometri bola dan prinsip navigasi.
Penghitungan posisi dalam navigasi celestial adalah proses yang memadukan keterampilan praktis dalam penggunaan alat, pengetahuan teoritis tentang astronomi dan navigasi, serta kemampuan matematika. Ini merupakan inti dari navigasi bintang dan penting untuk memastikan navigasi yang aman dan akurat di laut.
Pentingnya Penghitungan Posisi
Penghitungan posisi adalah inti dari navigasi celestial. Ini mengubah pengamatan mentah menjadi data yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi posisi geografis kapal dengan cukup akurat. Keterampilan ini sangat penting dalam kondisi di mana teknologi navigasi modern tidak tersedia atau sebagai metode verifikasi.
Proses ini memerlukan pemahaman mendalam tentang astronomi, matematika, dan navigasi. Penghitungan posisi yang akurat bergantung pada kemampuan untuk menginterpretasikan data dari alat seperti Sextant dan informasi dari publikasi seperti Nautical Almanac.
Navigasi Celestial dalam Praktek
Mempersiapkan dan Melakukan Pengamatan
Memilih Alat: Menentukan alat yang dibutuhkan, seperti Sextant, jam kronometer, dan Nautical Almanac.
Kondisi untuk Pengamatan: Memilih waktu dan kondisi cuaca yang tepat untuk pengamatan.
Melakukan Pengamatan: Langkah-langkah untuk mengambil bacaan yang akurat dengan Sextant, termasuk cara mengarahkannya ke benda langit dan membaca sudut yang tepat.
Pencatatan Data: Mencatat semua data yang relevan termasuk waktu pengamatan, sudut yang diukur, dan kondisi pengamatan.
Menyimpan dan Menganalisis Data
Pencatatan Data: Cara menyimpan data pengamatan secara sistematis.
Analisis Data: Menggunakan data pengamatan dalam kombinasi dengan tabel-tabel seperti sight reduction tables dan Nautical Almanac untuk menghitung posisi.
Koreksi Data: Mengaplikasikan koreksi yang diperlukan pada data untuk faktor seperti pembiasan atmosferik, semiparalaksis, dan kesalahan instrumen.
Penyesuaian untuk Kesalahan Instrumen dan Kondisi Lingkungan
Kesalahan Instrumen: Mengidentifikasi dan mengkompensasi kesalahan yang mungkin terjadi pada Sextant atau alat lainnya.
Kondisi Lingkungan: Menyesuaikan pengamatan untuk kondisi lingkungan seperti kabut, cahaya redup, atau gerakan kapal.
Kesalahan Manusia: Mengakui dan meminimalisir kesalahan manusia dalam pengamatan dan perhitungan.
Pentingnya Navigasi Celestial dalam Praktek
Navigasi celestial dalam praktik adalah keterampilan yang menggabungkan pengetahuan teoretis dengan penerapan praktis. Ini tidak hanya penting dalam konteks sejarah atau pendidikan tetapi juga sebagai keterampilan survival yang vital bagi navigator yang beroperasi di laut jauh, terutama dalam situasi di mana teknologi navigasi modern gagal atau tidak tersedia.
Keterampilan ini mencakup tidak hanya kemampuan untuk menggunakan alat seperti Sextant dan memahami tabel navigasi, tetapi juga kemampuan untuk merencanakan, melaksanakan, dan menafsirkan pengamatan dengan akurat