Apa itu Automatic Identification System (AIS)?
Automatic Identification System (AIS) adalah suatu sistem pelacak otomatis yang digunakan di dunia maritim untuk memantau pergerakan kapal. Dengan menggunakan transceiver radio VHF yang terpasang pada kapal, AIS secara otomatis mengirimkan data yang sangat penting, seperti identitas kapal yang terdiri dari nomor individu, posisi geografis melalui sistem GPS, arah haluan, dan kecepatan saat itu. Informasi ini tidak hanya berguna bagi kapal itu sendiri, tetapi juga untuk kapal lain, stasiun pantai, dan pusat layanan lalu lintas kapal (Vessel Traffic Service – VTS), termasuk satelit.
Dengan kemampuan ini, perangkat AIS mengubah layar peta elektronik atau ECDIS menjadi alat yang lebih intuitif dan informasi yang lebih kaya, mirip dengan tampilan radar. Ini memberikan petugas jaga navigasi (Officer of the Watch – OOW) dan otoritas maritim kemampuan untuk melacak pergerakan kapal secara real-time, meningkatkan situational awareness di laut yang seringkali kompleks.
Sistem AIS dikembangkan sebagai respons terhadap sejumlah kecelakaan maritim yang mengungkapkan perlunya peningkatan keselamatan pelayaran. Saat lalu lintas kapal menjadi semakin padat, terutama di area pelabuhan atau jalur navigasi tertentu dan saat cuaca buruk, AIS muncul sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan keselamatan. Dengan membantu identifikasi kapal lain, AIS berfungsi sebagai pelengkap radar tradisional dan komunikasi radio suara, memberikan informasi yang mungkin tidak tersedia melalui metode pengawasan lainnya.
Saat ini, penerapan AIS tidak hanya terbatas pada kapal komersial, tetapi juga meliputi kapal penumpang, kapal nelayan, dan bahkan kapal kecil, menjadikannya sebagai alat yang fundamental dalam menjaga keselamatan ongkos laut serta mencegah tabrakan yang berpotensi membahayakan.
Jenis-Jenis Automatic Identification System (AIS) dan Kegunaannya
Terdapat dua kelas perangkat AIS (Automatic Identification System), yaitu Automatic Identification System (AIS) Kelas A dan Automatic Identification System (AIS) Kelas B, yang masing-masing ditujukan untuk keperluan dan jenis kapal yang berbeda.
Automatic Identification System (AIS) Kelas A adalah perangkat yang diwajibkan untuk kapal-kapal yang memenuhi kriteria internasional, khususnya kapal niaga yang memiliki ukuran minimal 300 GT dan semua kapal penumpang tanpa memandang ukurannya, seperti yang diatur dalam regulasi SOLAS. Keunggulan dari AIS Kelas A adalah dayanya yang lebih tinggi (sekitar 12,5 W) dan frekuensi pengiriman data yang lebih sering, sehingga cocok untuk kapal besar yang membutuhkan jangkauan sinyal yang lebih mantap serta pembaruan informasi yang cepat dan akurat.
Sementara itu, Automatic Identification System (AIS) Kelas B didesain untuk kapal yang tidak diwajibkan secara hukum membawa AIS (non-SOLAS), seperti kapal rekreasi, yacht, kapal nelayan kecil, dan kapal lain berukuran lebih kecil. Perangkat AIS kelas B bersifat opsional (sukarela) dan umumnya memiliki fitur yang disederhanakan. Misalnya, AIS B memancarkan dengan daya lebih rendah (sekitar 2 W) dan interval pembaruan posisi yang lebih jarang dibanding kelas A. Meskipun demikian, fungsinya tetap sama dalam hal menyiarkan identitas dan posisi kapal. Dengan hadirnya AIS kelas B yang biayanya lebih terjangkau, banyak kapal pleasure craft atau kapal non-komersial kini turut memasang AIS secara sukarela demi alasan keselamatan.
Perlu dicatat bahwa pemasangan AIS pada kapal non-SOLAS tidak diwajibkan, sehingga masih banyak kapal kecil atau kapal nelayan tradisional yang tidak dilengkapi AIS. Otoritas terkait di beberapa negara juga dapat menerapkan aturan tambahan; contohnya Uni Eropa mewajibkan kapal penangkap ikan ≥15 meter memasang AIS, dan AS mewajibkan kapal penangkap ikan komersial ≥65 kaki memasang AIS sejak 2016›.
Fungsi Automatic Identification System (AIS) Dalam Navigasi Kapal
Sebagai alat bantu navigasi, Automatic Identification System (AIS) memiliki berbagai fungsi penting yang berkontribusi pada keselamatan dan kelancaran pelayaran. Berikut beberapa fungsi utama AIS:
Meningkatkan Kesadaran Situasional
Kesadaran situasional mengacu pada kemampuan nakhoda dan perwira jaga untuk memahami kondisi sekitar kapal secara menyeluruh (posisi kapal lain, potensi bahaya, kondisi navigasi, dll) pada waktu tertentu. Kesadaran situasional yang tinggi sangat krusial untuk mencegah kecelakaan di laut. Automatic Identification System (AIS) berperan signifikan dalam meningkatkan kesadaran situasional ini dengan cara menyediakan data navigasi kapal lain secara real-time kepada awak kapal. Sistem AIS memungkinkan pertukaran informasi antar kapal dalam jangkauan VHF sehingga setiap kapal dapat mengetahui keberadaan dan pergerakan kapal lain di sekitarnya.
Informasi yang diperoleh melalui AIS – seperti posisi dan arah gerak kapal-kapal di sekitar – memberikan “gambaran lalu lintas” yang lebih jelas kepada OOW, terutama di perairan padat atau saat pandangan terbatas (misalnya akibat kabut). Hal ini memenuhi prinsip “all available means” dalam aturan navigasi, di mana setiap kapal seharusnya menggunakan segala sarana yang tersedia untuk menilai situasi sekitar demi menghindari tabrakan.
Penggunaan data Automatic Identification System (AIS) secara efektif dapat sangat membantu meningkatkan kesadaran situasional di anjungan. Contohnya, dengan AIS, petugas dapat melihat tujuan pelayaran dan ETA (perkiraan waktu tiba) kapal-kapal di sekitarnya yang disiarkan sebagai bagian dari data AIS. Informasi ini dapat membantu OOW memprediksi manuver atau rencana perjalanan kapal lain, terutama di jalur lalu lintas yang diatur (Traffic Separation Scheme) atau perairan sempit. Selain itu, Automatic Identification System (AIS) juga menampilkan indikator seperti Closest Point of Approach (CPA) dan Time to CPA (TCPA) untuk setiap target, yang secara otomatis dihitung oleh sistem.
Data CPA/TCPA ini memungkinkan awak kapal mengidentifikasi secara dini kapal mana yang berpotensi berpapasan terlalu dekat atau menimbulkan risiko tabrakan, sehingga tindakan antisipatif dapat diambil lebih awal. Sebagai tambahan, integrasi output Automatic Identification System (AIS) ke perangkat navigasi lain dapat meningkatkan kesadaran situasional secara menyeluruh. Misalnya, menampilkan target Automatic Identification System (AIS) pada layar radar atau ECDIS akan memberikan visualisasi terpadu: petugas dapat melihat posisi kapal sendiri beserta kapal lain sekaligus, lengkap dengan jejak haluan masing-masing di peta elektronik. Integrasi semacam ini membantu perwira jaga untuk memantau kepadatan trafik di sepanjang rute yang akan dilalui dan merencanakan navigasi kapal dengan lebih efisien.
Strategi meningkatkan kesadaran situasional dengan Automatic Identification System (AIS) meliputi: selalu mengaktifkan AIS saat berlayar (kecuali ada alasan keamanan untuk mematikan), memastikan data AIS kapal sendiri terisi dengan benar dan terbaru (misal status navigasi, tujuan pelabuhan), serta memanfaatkan fitur-fitur AIS secara optimal (seperti alarm CPA/TCPA, penandaan target berbahaya, dsb.). Pelaut juga dianjurkan menggabungkan data Automatic Identification System (AIS) dengan sumber informasi lain (radar, pengamatan visual) untuk saling memverifikasi.
Banyak peralatan navigasi modern memungkinkan penggabungan data radar dan Automatic Identification System (AIS) – contohnya, radar terbaru diwajibkan memiliki antarmuka AIS sehingga dapat mencocokkan titik echo radar dengan simbol AIS target yang sama. Dengan demikian, kelebihan kedua sensor (radar dan AIS) dapat dimanfaatkan sekaligus, sembari saling memantau integritas data satu sama lain. Langkah-langkah ini, ditunjang training atau pelatihan yang memadai tentang operasi AIS, akan sangat meningkatkan kesadaran situasional di atas kapal.
Tantangan dalam meningkatkan kesadaran situasional melalui Automatic Identification System (AIS) juga perlu diperhatikan. Meskipun Automatic Identification System (AIS) memberikan banyak informasi, penggunaannya yang kurang tepat justru dapat mengurangi kesadaran situasional. Salah satu tantangan utama adalah beban informasi berlebih (information overload). Di area dengan lalu lintas sangat padat, layar AIS/ECDIS bisa dipenuhi puluhan hingga ratusan target, disertai berbagai alarm dan indikator, yang dapat membingungkan operator dan berpotensi menurunkan kewaspadaan apabila tidak disaring dengan baik. Oleh karena itu, penting untuk mengatur filter tampilan (misal membatasi jarak atau kecepatan minimum target yang ditampilkan) dan mengatur parameter alarm AIS agar hanya yang relevan yang menarik perhatian.
Tantangan lainnya adalah keakuratan dan keandalan data Automatic Identification System (AIS) itu sendiri. AIS bergantung pada input manusia dan sensor; jika data yang dimasukkan keliru (misal nama atau tujuan tidak diperbarui) atau sensor GPS mengalami gangguan, informasi yang disajikan bisa salah dan menyesatkan. Karena itu, setiap kontak AIS sebaiknya selalu dikonfirmasi silang dengan pengamatan radar atau visual. Petugas navigasi dianjurkan tidak terpaku hanya pada tampilan AIS, tetapi tetap melakukan lookout (pandangan mata langsung) dan menggunakan radar untuk memastikan tidak ada objek di sekitar yang luput dari pantauan (misalnya kapal kecil tanpa AIS atau benda terapung).
Kekurangan lain, tidak semua kapal dilengkapi Automatic Identification System (AIS) , sehingga keberadaan kapal tanpa AIS (terutama kapal-kapal kecil) tetap harus diwaspadai secara manual. Kesadaran situasional tertinggi tercapai ketika informasi AIS digunakan sebagai pelengkap yang memperkaya pengetahuan situasi, namun keputusan dan perhatian navigator tetap didasarkan pada penggabungan semua indra dan perangkat navigasi yang tersedia.
Membantu Pengambilan Keputusan
Informasi komprehensif yang disediakan AIS tidak hanya meningkatkan kewaspadaan, tetapi juga membantu nakhoda dalam proses pengambilan keputusan di bidang navigasi. Dengan mengetahui posisi dan gerak kapal lain secara akurat, nakhoda dapat mengambil keputusan lebih tepat terkait perubahan haluan atau kecepatan untuk menghindari tabrakan maupun untuk berlayar lebih efisien. Dalam situasi potensi tabrakan, data AIS memungkinkan evaluasi risiko secara kuantitatif (melalui CPA/TCPA), sehingga keputusan manuver bisa diambil berdasarkan informasi tersebut.
Studi menunjukkan bahwa pemanfaatan AIS secara informed (cerdas dan terlatih) berkontribusi positif pada decision-making navigasi, khususnya keputusan penghindaran tabrakan (collision-avoidance decision-making). Secara umum, semua informasi tambahan yang disediakan AIS (identitas kapal, haluan/kecepatan, tujuan, dll) “dapat secara signifikan meningkatkan kesadaran situasional dan proses pengambilan keputusan” di atas kapal. Artinya, dengan data Automatic Identification System (AIS) , nakhoda dan OOW memiliki basis informasi yang lebih kaya untuk mempertimbangkan opsi-opsi manuver, menentukan prioritas tindakan (misal kapal mana yang harus didahulukan lewat), atau memutuskan tindakan pencegahan tertentu.
Sebagai contoh, bila AIS menunjukkan sebuah kapal di depan kita ternyata sedang berbelok atau mengurangi kecepatan (informasi hal ini dapat diketahui dari perubahan sudut haluan atau Rate of Turn target di data AIS), OOW dapat segera memutuskan untuk memperlambat kapal sendiri atau merubah haluan lebih awal. Demikian pula, jika AIS mengidentifikasi kapal di sekitar sebagai kapal penumpang atau kapal dengan muatan berbahaya, nakhoda dapat mempertimbangkan keputusan untuk menjaga jarak lebih jauh demi keamanan. Intinya, AIS berfungsi sebagai decision-support tool yang memberikan data pendukung sehingga keputusan navigasi dapat diambil secara lebih proactive dan terinformasi.
Memberikan Informasi untuk Mencegah Kecelakaan
Peran Automatic Identification System (AIS) sangat kentara dalam upaya pencegahan kecelakaan pelayaran, terutama kecelakaan tabrakan kapal di laut. Dengan AIS, kapal secara proaktif “memberitahukan keberadaannya” kepada kapal lain di sekitarnya, sehingga tiap kapal dapat saling mengetahui situasi dan mengambil tindakan pencegahan lebih dini. Peningkatan situational awareness yang diberikan Automatic Identification System (AIS) pada akhirnya bertujuan untuk menghindari insiden.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, AIS membantu pencegahan tabrakan (collision avoidance) dengan menyediakan data posisi dan gerak kapal lain secara akurat. Petugas navigasi dapat melacak lintasan kapal-kapal di sekitar dan mengantisipasi potensi area tabrakan, lalu melakukan manuver penghindaran dengan perhitungan yang matang sebelum jarak menjadi kritis. Selain itu, AIS mempermudah komunikasi antar kapal untuk mencegah kecelakaan. Karena AIS menginformasikan identitas (nama panggilan) setiap kapal, seorang nakhoda dapat menghubungi kapal tertentu melalui radio (VHF) secara langsung dengan menyebut nama kapal tersebut untuk mengoordinasikan langkah-langkah pencegahan tabrakan. Hal ini lebih efektif daripada sekadar memanggil “kapal di posisi X”, sehingga risiko miskomunikasi berkurang.
AIS juga mengirimkan informasi keselamatan maritim yang berguna untuk mencegah kecelakaan non-tabrakan. Contohnya, beberapa perangkat AIS mampu menyebarkan broadcast pesan Safety Related (AIS Message 14) yang dapat berisi peringatan navigasi, seperti adanya objek berbahaya di laut atau perubahan kondisi navigasi. Di lingkungan pantai, otoritas dapat menggunakan AIS pada Sarana Bantu Navigasi (AIS AtoN) untuk memberi tahu kondisi alat navigasi tersebut. Beacon atau buoy yang dilengkapi AIS akan menyiarkan lokasinya secara real-time, sehingga jika sebuah buoy terseret arus hingga keluar dari posisinya, kapal di sekitar segera mengetahui melalui simbol AIS bahwa buoy tersebut off-position. Bahkan, dengan konsep virtual AtoN, informasi tentang buoy yang hilang atau rusak dapat disiarkan melalui AIS meskipun secara fisik buoy tersebut tidak memancarkan sinyal.
Informasi-informasi semacam ini membantu nakhoda mengambil tindakan yang perlu (misal menghindari area tersebut atau meningkatkan kewaspadaan) sehingga kecelakaan seperti kandas akibat kehilangan pandu navigasi dapat dicegah. Secara keseluruhan, dengan memberikan transparansi posisi dan identitas antar kapal, serta menyebarkan peringatan dini tentang bahaya navigasi, AIS berperan penting dalam mengurangi risiko kecelakaan di laut sebelum hal-hal darurat terjadi.
Mendukung Pencarian dan Penyelamatan (SAR)
Selain untuk keperluan navigasi rutin, Automatic Identification System (AIS) juga bermanfaat besar dalam operasi pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue). Ketika sebuah insiden maritim terjadi – misalnya kapal tenggelam, orang jatuh ke laut, atau keadaan darurat lainnya – informasi AIS dapat digunakan untuk mempercepat respons SAR. Pertama, otoritas maritim dapat menganalisis data AIS untuk segera mengetahui kapal-kapal terdekat di sekitar lokasi kejadian. Dengan begitu, mereka dapat meminta kapal terdekat tersebut memberikan bantuan segera sembari menunggu tim SAR resmi tiba. Menurut pedoman IMO, kapal yang menerima sinyal marabahaya diwajibkan memberikan pertolongan jika memungkinkan. AIS mempermudah identifikasi siapa saja yang berada paling dekat dengan lokasi musibah.
Kedua, Automatic Identification System (AIS) juga telah dikembangkan dalam bentuk perangkat SAR khusus, seperti AIS SART (Search and Rescue Transmitter) yang dipasang di sekoci atau man overboard beacon yang dibawa personel. Perangkat AIS-SART akan memancarkan sinyal AIS dengan identitas khusus (contoh prefix MMSI 970/972 untuk MOB) yang dapat ditangkap oleh kapal di sekitar dan ditampilkan sebagai target darurat di layar navigasi. Hal ini memungkinkan lokasi korban atau sekoci dapat diketahui secara akurat oleh kapal penyelamat terdekat, bahkan jika jarak pandang terbatas. Berbeda dengan EPIRB yang hanya mengirim sinyal satelit ke stasiun darat, sinyal AIS-SART langsung dapat dilihat oleh kapal-kapal di sekitar insiden, sehingga waktu respon pencarian dapat dipercepat.
Bagi tim SAR profesional, data Automatic Identification System (AIS) dari jaringan pantauan (coastal AIS atau satellite AIS) juga sangat berguna. Misalnya, rekaman jejak AIS dari kapal yang mengalami kecelakaan bisa dianalisis untuk menentukan area pencarian yang tepat. Demikian pula, apabila ada laporan orang hilang di laut, tim SAR dapat menyisir data AIS guna melihat apakah ada sinyal AIS SART yang aktif di area tersebut. Intinya, AIS mendukung operasi SAR dengan memberikan informasi posisi yang akurat dan situasi terkini di lapangan, sehingga upaya penyelamatan nyawa dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif.
Bahkan, IMO memasukkan fungsi SAR sebagai salah satu pertimbangan utama pengembangan AIS – di antaranya dengan memasang AIS pada pesawat udara pencari (SAR aircraft) agar dapat terlihat oleh kapal, dan integrasi AIS di pusat koordinasi penyelamatan untuk memantau sumber daya di lapangan. Dengan semua kemampuan ini, AIS telah menjadi elemen penting dalam sistem GMDSS dan upaya global untuk meningkatkan keselamatan jiwa di laut.
Data yang Dikirimkan oleh Automatic Identification System (AIS)
Perangkat Automatic Identification System (AIS) kapal secara rutin mengirimkan beragam data mengenai kapal tersebut. Secara garis besar, informasi AIS terbagi dalam tiga kategori: data statis, data dinamis, dan data pelayaran (voyage-related). Berikut penjelasan masing-masing kategori data AIS:
Informasi identitas dan karakteristik kapal (data statis): Merupakan data tentang jati diri kapal yang umumnya tidak berubah-ubah. Data ini mencakup identitas unik kapal seperti Maritime Mobile Service Identity (MMSI) dan sering kali nomor IMO (untuk kapal yang terdaftar IMO), nama kapal, tanda panggilan radio (call sign), serta jenis atau tipe kapal. Selain itu, data statis mencakup detail fisik kapal (ukuran/dimensi kapal atau beam dan draft maksimum, jika terprogram). AIS secara otomatis mengirim data statis ini secara berkala (misalnya setiap 6 menit sekali) atau ketika pertama kali diaktifkan. Dengan adanya informasi identitas, kapal penangkap sinyal AIS dapat mengetahui siapa kapal tersebut, sehingga memudahkan komunikasi dan penilaian karakteristik (contoh: kapal tipe tanker atau kargo, ukurannya besar atau kecil, dsb).
Informasi posisi dan navigasi terkini (data dinamis): Merupakan data yang berubah secara terus menerus sesuai gerakan kapal. Termasuk di dalamnya adalah posisi kapal (lintang/ bujur) hasil dari GPS, waktu (timestamp) pengiriman, kecepatan kapal (Speed Over Ground), haluan kapal (Course Over Ground), arah kemudi atau heading, dan kadang laju perubahan haluan (Rate of Turn) jika tersedia. Data dinamis ini dikirim dengan frekuensi tinggi – untuk AIS kelas A, umumnya setiap 2 hingga 10 detik saat kapal bergerak, atau setiap 3 menit saat kapal lego jangkar.
Untuk AIS kelas B, interval pengiriman lebih lambat (30 detik hingga 3 menit tergantung kecepatan kapal). Informasi posisi dan navigasi inilah yang memungkinkan kapal lain atau VTS melihat titik lokasi kapal di layar beserta vektor haluannya. Keberadaan data waktu nyata ini sangat penting dalam memantau pergerakan dan potensi interaksi antar kapal. Sebagai contoh, kecepatan dan haluan kapal yang diterima via AIS dapat digunakan untuk menghitung CPA/TCPA, sehingga kapal lain dapat menilai risiko tabrakan sejak dini.
Informasi pelayaran saat ini (data voyage-related): Meliputi data terkait perjalanan yang bisa diinput oleh awak kapal dan berubah sesuai perjalanan. Contohnya adalah pelabuhan tujuan (destination) dan perkiraan waktu tiba (ETA) di pelabuhan tersebut, status navigasi (apakah kapal sedang berlayar, berhenti, lego jangkar, dll), serta draft/sarat air kapal saat ini (berapa kedalaman kapal di bawah air, yang mengindikasikan muatan kapal). Pada beberapa kapal, informasi jenis kargo atau muatan berbahaya juga dapat disertakan (misalnya kode kargo berbahaya untuk kapal tanker kimia).
Data voyage ini biasanya diperbarui setiap kali ada perubahan signifikan atau secara periodik (setiap 6 menit sekali untuk kelas A). Sebagai contoh, bila sebuah kapal tanker dalam AIS-nya mencantumkan status “Muatan: Crude Oil” dan draft 12.0 meter, kapal lain dan VTS dapat mengantisipasi kebutuhan kehati-hatian ekstra di sekitarnya. Demikian pula, informasi tujuan dan ETA berguna dalam konteks manajemen trafik di pelabuhan; VTS dapat mengatur kedatangan kapal berdasarkan data AIS tersebut.
Selain tiga kategori utama di atas, AIS juga mendukung pengiriman pesan keselamatan (safety messages) dan data dari peralatan bantu navigasi. Misalnya, AIS AtoN (Aid to Navigation) pada mercusuar atau buoy dapat mengirimkan informasi identitas objek tersebut beserta posisinya, sehingga tampil di AIS kapal sebagai simbol khusus. Pesan AIS juga dapat menginformasikan kondisi sarana bantu navigasi (apakah beroperasi normal atau mengalami gangguan) kepada kapal yang melintas. Bahkan AIS digunakan untuk menyiarkan peringatan Navigational Telex (NAVTEX) dalam format digital.
Contoh konkrit: Garda Pantai dapat mengirim broadcast via Automatic Identification System (AIS) jika ada buoy hilang atau rusak di suatu titik, agar kapal yang mendekat waspada. Secara keseluruhan, data yang dikirimkan AIS sangat beragam dan kaya: mulai dari identitas dasar kapal hingga detail navigasi dan keadaan pelayaran, semuanya bertujuan mendukung keselamatan dan efisiensi navigasi laut.
Keterbatasan AIS
Walaupun Automatic Identification System (AIS) merupakan teknologi yang sangat bermanfaat, penggunaannya memiliki beberapa keterbatasan dan hal-hal yang perlu diperhatikan:
Ketergantungan pada akurasi data: Akurasi informasi Automatic Identification System (AIS) sepenuhnya bergantung pada keakuratan data input dan sensor di kapal pengirim. Data yang keliru akan menghasilkan informasi yang keliru pula di sistem AIS kapal lain. Sebagai contoh, jika GPS kapal mengalami gangguan atau kesalahan, posisi yang dipancarkan AIS bisa tidak tepat. Begitu pula jika kru kapal tidak memasukkan data voyage (seperti tujuan atau status) dengan benar, data yang diterima pihak lain menjadi menyesatkan. Selain itu, faktor lingkungan dan teknis dapat memengaruhi transmisi AIS – misalnya sinyal AIS dapat terhalang oleh kondisi cuaca buruk, kontur daratan, atau interferensi radio, yang mengakibatkan hilang atau terputusnya sinyal AIS pada jarak/jangkauan tertentu. Dengan demikian, keterandalan AIS tidak 100% terjamin setiap saat; selalu ada kemungkinan data yang diterima tidak akurat karena limitasi tersebut.
Potensi kesalahan dan misinformasi: AIS bisa saja mengirimkan informasi yang salah tanpa disadari, baik akibat kesalahan manusia maupun malfungsi peralatan. Misalnya, terdapat kasus di mana kapal memancarkan MMSI ganda atau keliru, atau informasi statis (nama, tipe kapal) yang tidak ter-update setelah perubahan kepemilikan. Di sisi lain, pihak yang berniat buruk juga dapat memalsukan data AIS (meski kasus seperti ini jarang, dikenal sebagai AIS spoofing). Oleh karena itu, operator kapal harus menyadari bahwa data AIS bisa mengandung kekeliruan atau anomali dan tidak boleh dijadikan satu-satunya acuan tanpa verifikasi. Munculnya info AIS yang tidak konsisten (misal posisi AIS tidak selaras dengan echo radar) harus ditindaklanjuti dengan meningkatkan kewaspadaan dan klarifikasi melalui komunikasi jika perlu.
Tidak semua kapal dilengkapi atau mengoperasikan AIS: Jangkauan manfaat Automatic Identification System (AIS) dibatasi oleh tingkat adopsinya. Kapal-kapal kecil dan non-komersial banyak yang tidak memiliki Automatic Identification System (AIS) , sehingga mereka tidak akan terdeteksi di sistem AIS kapal lain. Contohnya, kapal nelayan tradisional atau perahu layar rekreasi berukuran kecil umumnya tidak diwajibkan dan mungkin memilih tidak memasang AIS. Selain itu, AIS dapat dimatikan oleh kapal dalam keadaan tertentu – sebagai langkah keamanan (contoh: kapal di area rawan perompakan sering mematikan AIS agar tidak terlacak), atau karena malfungsi listrik di kapal. Akibatnya, keberadaan kapal tersebut tidak muncul di layar AIS meskipun secara fisik berada di sekitar.
Untuk itu, penglihatan mata dan radar tetap krusial guna mendeteksi kapal-kapal tanpa AIS. Ketika bernavigasi, kru kapal tidak boleh berasumsi bahwa ketiadaan target di AIS berarti aman; selalu anggap kemungkinan ada obyek/kapal di sekitar yang stealth (tidak terpantau AIS). Singkatnya, keterbatasan cakupan ini menuntut pengguna untuk tidak sepenuhnya mengandalkan AIS saja dalam menjaga kewaspadaan.
Tidak menggantikan keterampilan dan keputusan manusia: Sekalipun Automatic Identification System (AIS) adalah alat bantu canggih, ia tidak boleh menggantikan penilaian dan keahlian navigator. AIS seharusnya digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan, bukan sebagai penentu keputusan itu sendiri. Organisasi maritim menegaskan bahwa AIS hanya alat bantu navigasi tambahan; kewajiban nakhoda untuk mematuhi aturan-aturan navigasi (seperti COLREGs) dan menjaga pandangan (proper look-out) tetap tidak tergantikan oleh adanya AIS. Over-reliance atau ketergantungan berlebihan pada AIS dapat menyebabkan kelengahan manusia (complacency).
Contohnya, seorang OOW yang terlalu percaya pada data Automatic Identification System (AIS) mungkin terlambat merespons ancaman yang tidak tertangkap AIS. Oleh sebab itu, pengguna harus selalu menggabungkan informasi AIS dengan sensor lain dan intuisi navigasi. Radar, Automatic Identification System (AIS) , dan pengamatan visual harus dipakai bersamaan untuk saling melengkapi. Keputusan akhir dalam manuver menghindar, perubahan haluan, kecepatan, dan sebagainya tetap memerlukan penilaian kritis manusia dengan mempertimbangkan segala informasi. AIS tidak dirancang untuk mengambil alih tanggung jawab tersebut. Jika terdapat keraguan terhadap data AIS, prioritas harus diberikan pada informasi yang lebih dapat dipercaya (misal plot radar atau mata). Intinya, AIS tidak boleh dijadikan satu-satunya dasar keputusan navigasi; peran pengalaman dan keterampilan navigator tetap dominan dalam situasi kritis apa pun.
Sebagai kesimpulan, Automatic Identification System (AIS) menawarkan peningkatan signifikan dalam hal keselamatan dan efisiensi navigasi, namun pemanfaatannya harus disertai pemahaman akan limitasinya. Dengan menyadari keterbatasan di atas, pengguna AIS dapat mengambil langkah mitigasi yang tepat (seperti selalu cross-check data, tidak bergantung sepenuhnya, dan tetap mematuhi aturan navigasi konvensional). Maka, AIS akan berfungsi optimal sebagai alat bantu yang melengkapi kemampuan manusia, bukan menggantikannya, dalam mencapai pelayaran yang selamat dan teratur.